Rukun Iman Yang Wajib Diketahui Umat Islam

Diposting pada

rukun-iman-wajib

Pengertian Rukun Iman

Iman secara bahasa berarti tashdiq (membenarkan). Sedangkan secara istilah syar’i, iman adalah “Keyakinan dalam hati, Perkataan di lisan, amalan dengan anggota badan, bertambah dengan melakukan ketaatan dan berkurang dengan maksiat”. Para ulama salaf menjadikan amal termasuk unsur keimanan. Oleh sebab itu iman bisa bertambah dan berkurang, sebagaimana amal juga bertambah dan berkurang”. Ini adalah definisi menurut Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Ahmad, Al Auza’i, Ishaq bin Rahawaih, madzhab Zhahiriyah dan segenap ulama selainnya

Rukun Iman merupakan suatu kewajiban bagi umat muslim pada umumnya baik muslim laki-laki maupun muslim perempuan. Bukan hanya sekedar hafal saja tetapi sebagai muslim yang baik juga diwajibkan untuk memahami setiap makna yang terkandung dan yang terpenting adalah selalu berusaha untuk mengamalkan perbuatan-perbuatan yang mencerminkan keimanan dalam kehidupan sehari-hari.

Kata iman sendiri mempunyai makna percaya dalam hal ini berarti kepercayaan dengan sepenuh hati yang diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan. Tetapi yang banyak terjadi pada manusia umumnya sekedar mengetahuinya saja tanpa memaknai makna yang terkandung sesungguhnya. Padahal memahami makna adalah hal yang paling utama dan tidak boleh sekedar pernyataan belaka.

Dengan memaknai sebuah Rukun Iman seseorang akan lebih waspada dalam bertindak karena dalam hatinya sudah tertanam keyakinan yang kuat bahwa segala perbuatan selalu mendapat pengawasan dan akan mendapat pertanggungjawaban. Sehingga seseorang akan senantiasa berperilaku yang baik sesuai perintah Allah SWT dan berusaha menjauhi setiap larangan-laranganNya.

Imam Syafi’i berkata, “Iman itu meliputi perkataan dan perbuatan. Dia bisa bertambah dan bisa berkurang. Bertambah dengan sebab ketaatan dan berkurang dengan sebab kemaksiatan.” Imam Ahmad berkata, “Iman bisa bertambah dan bisa berkurang. Ia bertambah dengan melakukan amal, dan ia berkurang dengan sebab meninggalkan amal.” Imam Bukhari mengatakan, “Aku telah bertemu dengan lebih dari seribu orang ulama dari berbagai penjuru negeri, aku tidak pernah melihat mereka berselisih bahwasanya iman adalah perkataan dan perbuatan, bisa bertambah dan berkurang.

Murid Al Imam Syafi’i yang bernama Ar-Rabi’ berkata: “Aku mendengar Al-Imam Asy-Syafi’i berkata: “Iman adalah ucapan dan amalan, bertambah dan berkurang.” Makna bertambah dan berkurangnya iman seperti yang ditanyakan oleh putra Imam Ahmad yaitu Shalih rahimahullahu. Shalih rahimahullahu berkata: “Aku bertanya kepada ayahku, apa itu makna bertambah dan berkurangnya iman?”. Beliau menjawab: “Bertambahnya iman adalah dengan adanya amalan, berkurangnya adalah dengan meninggalkan amalan, seperti meninggalkan shalat, zakat, dan haji.”


Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Pengertian Haji, Hukum, Syarat wajib, Rukun, Larangan | Ayoksinau.com


6 Rukun Iman Yang Wajib Diketahui

Dalam agama islam dikenal dua pilar penting yang menjadi pedoman hidup bagi seorang muslim, yaitu Rukun Iman dan Rukun Islam. Iman. Menurut bahasa, artinya membenarkan. Sedangkan, iman menurut istilah syariat, maksudnya mengakui dengan lisan (perkataan), membenarkan (tashdiiq)   dengan hati dan mengamalkannnya dengan anggota tubuh.

Adapun Rukun iman itu sendiri terdiri atas 6 rukun antara lain:

  1. Iman kepada Allah.
  2. Iman kepada para malaikat.
  3. Iman kepada kitab-kitab Allah.
  4. Iman kepada Nabi dan Rasul
  5. Iman kepada Hari Akhir (kiamat)
  6. Iman kepada Qada dan Qadar.

Untuk memudahkan untuk memahami Makna masing-masing rukun kita hanya berpedoman pada pengertian iman itu sendiri, yaitu: Mengakuinya dengan lisan Membenarkannya dengan  hati dan kemudian Mengamalkannya dengan anggota tubuh.


Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Manfaat Solat Tahajud Yang Akan Anda Dapatkan Jika Rutin Mengerjakannya


Makna dan Penjelasan Rukun Iman

  • Iman kepada Allah

Iman kepada Allah bermakna bahwa kita meyakini tentang penjelasan Allah dan Rasulnya mengenai keberadaan Tuhan. Untuk lebih terperinci lagi, makna iman kepada Allah dapat kita jabarkan dalam empat poin.

Pertama, meyakini bahwa penciptaan manusia adalah kehendak Allah dan tidak mahkluk lain yang terdapat di semesta alam tanpa pengetahuan Allah swt, kedua ialah meyakini bahwa Allah lah yang menciptakan bumi dan alam semesta dan Allah pulalah yang memberikan reski kepada manusia dan mahkluk lainnya. Ketiga, yaitu meyakini bahwa Allahlah yang patut disembah dan hanya kepadaNyalah segala ibadah ditujukan, misalnya berzikir, sujud, berdoa, dan meminta. Semuanya hanya kepada Allah semata. Keempat yaitu meyakini sifat- sifat Allah yang tercantum dalam alquran (Asmaul Husna).

Seorang muslim harus beriman kepada Allah yang artinya mengimani adanya Allah, mengimani rububiah Allah, mengimani uluhiah Allah dan mengimani semua nama dan sifat Allah. Fungsi Iman Kepada Allah SWT berarti seorang muslim harus percaya bahwa Allah itu benar-benar ada. Allah ada sebagai Tuhan Semesta Alam yang menciptakan langit dan bumi beserta isinya. Orang yang tak percaya adanya Allah berarti dia bukan seorang muslim dan terlebih lagi bagi yang tidak percaya dengan adanya Tuhan maka dia disebut sebagai atheis.

Tak sedikit orang yang mencari-cari tentang bagaimana Tuhan itu sebenarnya dan bagaimana Tuhan bisa ada. Namun hal tersebut sebenarnya diluar batas kemampuan manusia. Allah menunjukkan keberadaannya dengan adanya makhluk ciptaannya dan kasih sayangnya kepada setiap makhluk hidup.

  • Mengimani rububiah Allah berarti beriman atau percaya bahwa tidak ada yang menciptakan, menguasai, dan mengatur alam semesta ini kecuali Allah SWT.
  • Umat Islam percaya bahwa Tuhan itu hanya satu yaitu Allah SWT. Tak ada Tuhan lain selain Allah yang dapat mengatur dunia ini. Hal ini berbeda dengan beberapa agama atau kepercayaan lain yang percaya adanya banyak tuhan atau dewa.  Sifat Orang yang Bertakwa yaitu seorang muslim tidak boleh percaya tentang kuasa lain selain kuasa yang dimiliki oleh Allah SWT. Hanya Allah yang menciptakan serta mengatur alam semesta ini.
  • Mengimani uluhiah Allah adalah menyakini bahwa tidak sesembahan lain yang berhak untuk disembah selain Allah SWT. Seorang muslim dilarang untuk menyembah selain menyembah Allah SWT. Kita masih sering melihat orang-orang yang senang menyembah benda-benda atau bahkan kuburan dari tokoh tertentu. Hal tersebut sangat dilarang dalam Islam dan menyebabkan keimanan seseorang menjadi dipertanyakan.
  • Mengimani nama dan Sifat – Sifat Allah Dan Asmaul Husna yaitu percaya dan yakin terhadap sifat-sifat Allah yang tersirat dalam nama-nama Allah atau Asmaul Husnah. Ada 99 nama Allah yang perlu dipelajari oleh seorang muslim sehingga dapat memahami sifat-sifat Allah. Sifat-sifat Allah tersebut misalnya Ar Rahman (Maha Pengasih), Ar Rahim (Maha Penyayang), Al Malik (Maha Merajai), Al Quddus (Maha Suci), As Salaam (Maha Memberi Keamanan).

Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Sejarah Nabi Ibrahim Yang Wajib Anda Tahu | Ayok Sinau


  • Iman kepada para malaikat

Malaikat ialah mahkuluk gaib yang diciptakan Allah dari cahaya, dengan ketaatan selalu menjalankan perintah Allah dan kesanggupannya untuk beribadah kepada Allah. Malaikat diciptakan tidak memiliki sikap ketuhanan dan hanya Allahlah Tuhan semesta alam. Jumlah malaikat sangat banyak dan semuanya tunduk dan menjalankan perintah Alla swt. Makna beriman kepada malaikat dapat dijabarkan kedalam empat poin:

  • pertama, mengimani wujud mereka.
  • Kedua, mengimani nama-nama malaikat yang telah kita ketahui namanya, sedangkan yang kita tidak ketahui namanya kita mengimaninya secara Ijmal (garis besar).
  • Ketiga, mengimani sifat malaikat yang terdapat dalam hadis, misalnya Rasullullah saw, pernah bertemu langsung dengan malaikat jibril yang memiliki 600 sayap (Bukhari) di hadis lain dikatakan setiap sayap malaikat jibril menutupi setiap ufuk (Ahmad).
  • Dan Keempat, yaitu mengimani tugas malaikat seperti yang telah diberitahukan kepada kita. Malaikat senantiasa beribada kepada Allah; bertasbih siang dan malam dan berthawaf di Baitul Ma’mur dan lain sebagainya.

Beriman kepada malaikat-malaikat Allah adalah rukun iman yang kedua bagi umat Islam. Allah Swt telah menciptakan para malaikat untuk membantu menjalankan atau menyampaikan wahyu kepada para Nabi atau Rasul-Nya. Para malaikat sebagai perantara antara Allah dengan makhluk-makhluk-Nya. Malaikat menyampaikan wahyu kepada para Rasul Allah untuk diteruskan kepada umat manusia

Malaikat yang wajib di ketetahui adalah sebagai berikut antara lain :

  1. Malaikat Jibril, memiliki tugas menyampaikan wahyu dari Allah kepada para Nabi atau rasul Nya.
  2. Malaikat Mikail, memiliki tugas untuk menurunkan hujan dan memberikan rezeki kepada setiap makhluk Allah.
  3. Malaikat Isrofil, memiliki tugas meniup sangkakala di hari penghabisan.
  4. Malaikat Izroil, memiliki tugas untuk mencabut nyawa.
  5. Malaikat Rakib, memiliki tugas mencatat amal baik manusia.
  6. Malaikat Atid, memiliki tugas mencatat amal buruk manusia.
  7. Malaikat Mungkar, memiliki tugas untuk menanyai roh dalam kubur.
  8. Malaikat Nakir, memiliki tugas untuk menanyai roh dalam kubur.
  9. Malaikat Malik, memiliki tugas untuk menjaga pintu gerbang neraka.
  10. Malaikat Ridwan, memiliki tugas untuk menjaga pintu gerbang surga.

Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Doa-Doa Setelah Selesai SoLat


  • Iman kepada kitab-kitab Allah

Beriman kepada kitab Allah artinya meyakini bahwa Allah telah menurunkan wahyu kepada Rasulnya yang berisi pokok ajaran agama. Dari isi kitab tersebut manusia diperintahkan untuk mengamalkannya.

Kitab suci diperlukan untuk menjadi pedoman setelah wafatnya Rasulullah. Ketika Rasulullah masih hidup, semua umat dapat menanyakan segala sesuatunya kepada Rasulullah. Namun setelah Rasulullah wafat, setiap umat dapat mengambil jawaban dari kitab-kitab Allah.

  • Pertama, mengimani bahwa kitab itu datangnya dari Allah swt.
  • Kedua, mengimani kitab tersebut baik secara rinci (tafshil) maupun secara garis besar (ijmal), tafshil artinya mengimani bahwa kitab yang diturunkan kepada Nabi ini adalah kitab ini, sedangkan secara garis besar kita meyaini bahwa kitab diturunkan kepada Nabi dan Rasul meskipun tidak diketahui namanya.
  • Ketiga, yaitu membenarkan perkataan yang tertulis dalam kitab-kitab tersebut yang masih murni (Belum dirubah).
  • Keempat, mengamalkan hukum yang tertulis dalam kitab tersebut selama kitab tersebut belum “dihapus”, yang dimaksud dengan kata dihapus disini ialah, kita hanya mengimani satu kitab saja yaitu Al quran, karena kehadiran Al quran mengakibatkan kitab- kitab sebelumnya menjadi mansukh (dihapus). Al quran ialah kitab yang mewakili setiap ummat sampai akhir masa.

Allah telah menurunkan beberapa kitab yang berisi tentang wahyu dan petunjuk kepada nabi ataupun rasul, sehingga dapat mereka jadikan petunjuk untuk para umat dan pengikutnya. Berdasarkan Al Qur’an, Allah telah menurunkan empat buah kitab melalui malaikat jibril ataupun secara langsung kepada masing-masing nabi dan rasul Nya. Berikut ini adalah keempat dari kitab-kitab tersebut:

  1. Kitab Taurat
    Kitab taurat merupakan kitab yang diturunkan kepada Nabi Musa AS sebagai petunjuk kepada kaumnya. Karena Nabi Musa saat itu menjadi Nabi yang diutus kepada Bani Israil, maka kitab Taurat merupakan kitab petunjuk yang di gunakan sebagai pedoman bagi Bani Israil. Isi dari kitab Taurat merupakan 10 perintah tuhan atau dikenal sebagai The Ten Commandements.
  2. Kitab Zabur
    Kitab Zabur diturunkan kepada Nabi Daud AS. Kitab ini ditujukan sebagai petunjuk dan pedoman kepada para kaum Nabi Daud. Kitab ini disebut juga sebagai “Mazmur” dan memiliki isi berupa nyanyian dan pujian kepada Allah Subhanallahu wa ta’ala atas segala nikmat dan rahmat yang telah Dia berikan kepada kaum Nabi Daud pada saat itu.
  3. Kitab Injil
    Kitab Injil diturunkan kepada Nabi Isa AS. Sama halnya dengan kitab Taurat, kitab Injil diturunkan sebagai petunjuk dan pedoman bagi kaum Israil. Isi dari kitab Injil adalah pokok tatacara untuk menjadalani kehidupan secara zuhud, dimana kita di haruskan untuk meninggalkan berbuat kerusakan dan memiliki sifat ketamakan saat di dunia.
  4. Al Qur’an
    Berbeda dengan kitab-kitab yang lainnya, Al Qur’an merupakan kitab yang di turunkan kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa salam untuk digunakan sebagai pedoman seluruh umat manusia di dunia. Kitab ini diturunkan melalui perantara malaikat Jibril dan secara berangsur-angsur atau tidak secara langsung, serta apabila kita membacanya maka kita mendapat pahala.

Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Sejarah Nabi Adam Yang Wajib Diketahui | Ayok Sinau


  • Iman kepada Nabi dan Rasul

Beriman kepada Nabi dan Rasul, bermakna bahwa kita meyakini Nabi dan Rasul ialah manusia utusan Allah yang diutus di muka bumi untuk menyampaikan kabar gembira dan ancaman. Meyakini bahwa Nabi dan Rasul adalah mahkluk yang diutus Allah ke Bumi untuk memberi petunjuk ke umat manusia hingga kembali ke jalan lurus. Beriman kepada Nabi dan Rasul artinya ialah memercayai segala ajarannya baik dari lisan maupun sebagai sauri teladan. Dengan mengetahui maka beriman kepada Nabi dan Rasul, Manusia sebagai hamba yang mulia sudah sepantasnya meyakininya dan mengikuti jejak suri teladan Nabi dan Rasul

Salah satu cara mengimani nabi dan rasul Allah adalah dengan cara mempercayai bahwa Allah telah mengutus manusia dengan segala kelebihannya untuk memberikan petunjuk kepada kaumnya dan juga seluruh umat manusia di muka bumi ini untuk beriman dan mengakui keesaan Allah Subhanallahu wa ta’ala. Serta mengenal dan mengetahui 25 nama-nama wajib Nabi dan rasul:

  1. Nabi Adam As.
  2. Nabi Idris As.
  3. Nabi Nuh As.
  4. Nabi Hud As.
  5. Nabi Sholeh As.
  6. Nabi Ibrahim As.
  7. Nabi Luth As.
  8. Nabi Ismail As.
  9. Nabi Ishak As.
  10. Nabi Yakub As.
  11. Nabi Yusuf As.
  12. Nabi Ayub As.
  13. Nabi Sueb As.
  14. Nabi Musa As.
  15. Nabi Harun As.
  16. Nabi Zulkifli As.
  17. Nabi Daud As.
  18. Nabi Sulaiman As.
  19. Nabi Ilyas As.
  20. Nabi Ilyasa As.
  21. Nabi Yunus As.
  22. Nabi Zakariya As.
  23. Nabi Yahya As.
  24. Nabi Isa As.
  25. Nabi Muhammad SAW.

Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Pengertian Aqiqah Dan Qurban Dalam Islam | Ayoksinau.com


  • Iman kepada Hari Akhir (kiamat)

Beriman kepada hari akhir artinya kita meyakini tanda-tanda akan datangnya hari kiamat, seperti lahirnya dajjal turunnya Isa as. Datangnya Ya’juj dan Ma’juj, terbitnya matahari dari barat. Kemudiaan diangkatnya ilmu dari muka bumi yang ditandai dengan wafatnya para ulama, semakin banyak terjadi perzinaan, amanah tidak lagi dijalankan, urusan diserahkan kepada yang bukan ahlihnya, jumlah perempuan jauh melebihi jumlah lak-laki dan terjadi kekacauan dan pembunuhan dimana-mana.

Selain itu Pula, makna beriman kepada hari akhir yaitu kita mengimani kejadian gaib lainnya seperti dibangkitkannya manusia dari kubur, dikumpulkannya manusia di padang mashar, adanya hari pembalasan, adanya siksa kubur dan nikmat kubur, dan meyakini adanya surga dan neraka. Semua dilakukan semata-mata untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Sebagai umat muslim, wajib meyakini adanya hari kiamat dimana alam semesta hancur dan manusia binasa. Semoga Allah menyelamatkan kita dari datangnya hari kiamat yang mengerikan. Dengan menanamkan keyakinan tentang hari kiamat atau hari akhir, maka akan membuat kita semakin berserah diri kepada Allah. Yakin bahwa akan ada hari pembalasan dengan begitu akan membuat kita semakin taat menjalankan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya.

Allah berfirman dalam surah Al Hajj ayat 6-7, Artinya :

“Yang sedemikian itu supaya kamu mengerti bahwa Tuhan Allah itu Tuhan yang benar dan Tuhan itu menghidupkan segala yang telah mati. Lagi Allah itu maha kuasa atas segala sesuatu. Dan sesungguhnya kiamat itu pasti datang, tidak ragu lagi. Tuhan Allah benar-benar akan membangkitkan orang-orang yang ada dalam kubur”, (QS Al Hajj ayat 6-7).

Allah juga berfirman dalam surah Az Zumar ayat 68, Artinya :

“Sungguh pada hari kiamat akan ditiup sangkakala (terompet) dan matilah sekalian apa yang ada di langit dan yang di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian akan ditiup sangkala sekali lagi, kemudian mereka sekalian akan bangkit memandang (menunggu keputusan).” (QS Az Zumar ayat 68).


Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Pemahan Serta Makna Dari Macam-Macam Sujud Di Dalam Ilmu Fiqh | Ayoksinau.com


  • Iman kepada Qada dan Qadar

Makna beriman kepada qada dan qadar artinya ialah kita mengimani bahwa apapun yang terjadi di muka bumi bahkan kepada diri kita sendiri sebagai manusia baik maupun buruk merupakan kehendak dari Allah swt.

Namun keburukan tersebut tidak dinisbahkan kepada Allah, melainkan kepada manusia sebagai mahkluk ciptaanNya, sedangkan jika keburukan tersebut dikaiitkan dengan Allah, maka keburukan tersebut merupakan suatu bentuk keadilan terhadap sesuatu pihak yang tidak dapat terduga oleh pengetahuan manusia. Allah menciptakan mudharat pastilah ada maslahat. Di setiap keburukan terdapat makna yang mendalam, baik itu diketahui oleh manusia, maupun tidak diketahui oleh manusia.

Qodho merupakan suatu keputusan atau nasib dari seseorang yang telah bersifat tetap dan tidak bisa di ubah lagi, seperti hari kematian. Sedangkan qodar adalah takdir atau nasib yang masih berupa perkiraan atau masih dapat diusahakan untuk diperbaiki atau diarahkan ke arah yang lebih baik, dan tentunya atas izin Allah Subhanallahu wa ta’ala, salah satunya adalah kapan rezeki akan di berikan. Saat anda ingin mengimani qodho dan qodar Allah maka anda juga harus mengimana 4 perkara, yakni percaya bahwa Allah telah mengimani seluruh apa yang telah maupun yang belum terjadi, Allah telah menuliskan segala ketentuan dan takdir makhluk hidup dan menuliskannya di lauh al-Mahfudz, tidak ada segala sesuatu yang diam atau bergerak tanpa izin Allah dan semua adalah ciptaan Allah.

Umat Islam wajib beriman kepada qada dan qadar. Qada dan qadar merupakan takdir Allah yang baik maupun yang buruk. Beriman pada qada dan qadar berarti yakin sepenuhnya bahwa ada ketentuan Allah SWT yang berlaku bagi semua makhluk-Nya. Takdir sendiri merupakan ketentuan yang terjadi di alam semesta, yang sama artinya bahwa semua yang terjadi pasti ada takdirinya. Takdir sendiri memiliki dua jenis yaitu takdir mua’llaq dan takdir mubram.

  • Takdir Mua’llaq

Takdir mua’llaq merupakan takdir yang berhubungan dengan ikhtiar atau usaha yang dilakukan oleh manusia. Misalnya seorang anak yang bercita-cita ingin menjadi seorang dokter. Ia belajar dengan tekun untuk mencapai cita-citanya tersebut. Saat dewasa ia akhirnya bisa menjadi dokter sesuai dengan yang ia cita-citakan.

  • Takdir Mubram

Takdir mubram merupakan takdir yang terjadi dan tidak dapat ditawar-tawar lagi. Misalnya saja setiap orang memiliki bentuk fisik yang berbeda, ada yang matanya besar dan ada yang matanya sipit.

Sebagai seorang muslim kita perlu melakukan ikhtiar untuk mengusahakan kehidupan yang lebih baik tanpa melanggar aturan-aturan agama. Ikhtiar juga wajib dilakukan untuk menjalani kehidupan di dunia. Orang yang terlahir miskin bisa menjadi orang yang berkecukupan jika ia berikhtiar dan mendapatkan ridha dari Allah SWT. Allah memang telah menentukan segala sesuatunya namun manusia berkewajiban untuk terus berikhtiar.

Di dalam kehidupan di dunia tak jarang kita Menghadapi Musibah atau takdir yang buruk seperti kemalingan, kematian, kecelakaan, dan lain sebagainya. Sebagai orang muslim kita harus bertawakal untuk menghadapi kejadian-kejadian yang buruk tersebut. Tentu kita wajar saja bersedih atas kejadian buruk tersebut namun jangan sampai kesedihan tersebut berlarut-larut dan sampai kemudian menyalahkan Allah karena kejadian tersebut.

Seorang muslim perlu terus bertawakal dan berikhtiar , karena Manfaat Tawakal dapat menjalani hidup di dunia dengan lebih tenang dan selalu mendapatkan ridhonya. Orang-orang yang bertawakal akan mendapatkan beberapa hal berikut ini:

  1. Limpahan sifat aziz atau kehormatan dan kemuliaan
  2. Keberanian dalam menghadapi musibah atau maut
  3. Tidak berkeluh kesah dan gelisah dalam menjalani hidup
  4. Mensyukuri setiap karunia Allah SWT.
  5. Percaya diri dalam menghadapi setiap persoalan
  6. Mendapat pertolongan, perlindungan, serta rezeki yang cukup dari Allah SWT.
  7. Mendapat kepercayaan dari orang lain dan dapat bermanfaat bagi orang lain

Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Sejarah Masjid Al-aqsa


Dalil Hadis tentang Rukun Iman 

Dalil hadis tentang rukun iman yaitu hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata :  “ Pada suatu hari, Rasulullah  S A W  muncul di antara kaum muslimin. Lalu datang seorang laki-laki dan bertanya: Wahai Rasulullah, apakah Iman itu? Rasulullah S A W menjawab : Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, pertemuan dengan-Nya, rasul-rasul-Nya dan kepada hari berbangkit. Orang itu bertanya lagi : Wahai Rasulullah, apakah Islam itu? Rasulullah S A W  menjawab : Islam adalah engkau beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun, mendirikan solat fardu, menunaikan zakat wajib dan berpuasa di bulan Ramadan. Orang itu kembali bertanya : Wahai Rasulullah, apakah Ihsan itu? Rasulullah SAW menjawab : Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya.  Dan jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia selalu melihatmu”. Orang itu bertanya lagi Wahai Rasulullah, kapankah hari kiamat itu? Rasulullah S A W menjawab : Orang yang ditanya :  mengenai masalah ini tidak lebih tahu dari orang yang bertanya. Tetapi akan aku ceritakan tanda-tandanya : apabila budak perempuan melahirkan anak tuannya, maka itulah satu di antara tandanya.

Apabila orang yang miskin papa menjadi pemimpin manusia, maka itu tarmasuk di antara tandanya. Apabila para penggembala domba saling bermegah-megahan dengan gedung. Itulah sebagian dari tanda-tandanya yang lima, yang hanya diketahui oleh Allah.  Penyusunan rukun iman yang terdapat dalam ayat-ayat dan hadits-hadits memiliki banyak hikmahnya. Diawali dengan beriman kepada Allah maknanya bahwa beriman kepada Allah merupakan dasar (asas), maka rukun-rukun yang lainnya akan mengikutinya. Kemudian disebutkan beriman kepada para malaikat dan para Rasul-Nya, maknanya bahwa para malaikat dan Rasul adalah perantara antara Allah dan makhluk-Nya dalam menyampaikan risalah-Nya. Para malaikat menyampaikan wahyu kepada para Rasul, sedang para Rasul menyampaikan (mendakwahkannya) kepada ummat manusia. Allah Ta’ala berfirman dalam QS An-Nahl :2 yang berbunyi :

?Artinya : “Dia menurunkan para malaikat dengan (membawa) wahyu dengan perintah-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, yaitu: Peringatkanlah olehmu sekalian,bahwasanya tidak ada Ilah (yang hak) melainkan Aku, maka hendaklah kamu bertaqwa kepada-Ku”.

Kemudian disebutkan beriman kepada kitab-kitab-Nya, maknanya bahwa kitab-kitab Allah adalah hujjah dan rujukan yang diturunkan kepada para Rasul oleh malaikat sebagai penjelas dari sisi Allah akan untuk menghukumi permasalahan manusia yang mana mereka berselisih padanya. Allah Ta’ala berfirman dalam QS Al-Baqarah : 213 yang berbunyi :

Artinya : “Manusia adalah umat yang satu(setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendakNya”.

Disebutkan pula  beriman kepada hari akhir, maknanya bahwa dikarenakan hari akhir adalah sebagai balasan dari segala perbuatan kita serta hasil dari beriman kepada Allah,para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, serta rasul-rasul-Nya atau sebaliknya. Pada hari inilah Allah menunjukkan akan keadilan-Nya antara orang-orang yang dzolim dan yang terdzolimi serta menegakkan keadilan di antara manusia dan terakhir disebutkan beriman kepada qodlo yang baik dan buruk, maknanya bahwa keutamaannya adalah untuk melindungi kaum muslimin terhadap amalan-amalan mereka, menjadikannya sebab-sebab yang bermanfaat. Sebagai penjelas bahwasannya tidak ada pertentangan antara syari’at Allah yang mana para Rasul diutus serta diturunkannya kitab-kitab kepada mereka dengan qodlo dan qodar-Nya. Berbeda dengan orang-orang yang membangkang akan permasalahan ini dari golongan ahlul bid’ah dan orang-orang musyrik yang mana mereka berkata dalam QS An-Nahl : 35 yang berbunyi :

Artinya : “Dan berkatalah orang-orang musyrik: Jika Allah menghendaki, niscaya kami tidak akan menyembah sesuatu apapun selain Dia, baik kami maupun bapak-bapak kami, dan tidak pula kami mengharamkan sesuatupun tanpa (izin)-Nya”.