Pengertian dan Dasar Hukum Husnudzan beserta Macamnya

Diposting pada

pengertian-husnuzan

Pengertian Husnuzan

Husnudzan berasal dari kata husnu dan zan. Husnu berasal dari kata hasanun yang artinya baik dan zan yang berarti prasangka dan praduga. Jadi, secara terminologi, husnudzan merupakan kata hati yang menganggap bahwa orang lain atau pihak lain berprilaku baik atau anggapan seseorang yang beranggapan bahwa perilaku atau perbuatan orang atau pihak lain ialah baik atau tidak merugikan dan tidak mencelakakan pihak lain.

Husnudan artinya adalah berbaik sangka, berperasangka baik atau dikenal juga dengan istilah positiv thinking. Lawan katanya adalah su’udzan yang memiliki pengertian buruk sangka, berperasangka buruk atau dikenal juga dengan istilah negativ thinking.

Perbuatan husnudzan merupakan akhlak terpuji, sebab mendatangkan manfaat. Sedangkan perbuatan su’udzan merupakan akhlak tercela sebab akan mendatangkan kerugian. Kedua sifat tersebut merupakan perbuatan yang lahir dari bisikan jiwa yang dapat diwujudkan lewat perbuatan maupun lisan.

Husnudzan artinya yaitu berbaik sangka, berprasangka baik atau dikenal juga dengan istilah positive thinking. Antonimnya adalah su’udzan yang definisinya adalah buruk sangka, berprasangka buruk atau dikenal dengan istilah negative thinking. Perilaku husnudzan termasuk ke dalam akhlak terpuji, karena mendatangkan manfaat. Sedangkan, perilaku su’udzan termasuk akhlak tercela karena akan mendatangkan kerugian (kemudharatan). Kedua sifat tersebut adalah perbuatan yang lahir dari bisikan jiwa yang dapat diwujudkan melalui perbuatan maupun lisan.


Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : 5 Rukun Islam Beserta Penjelasannya


Dasar Hukum Husnudzan

Berperasangka baik atau husnudzan hukumnya adalah mubah (boleh). Sedangkan berperasangka buruk atau su’udzan Allah dan rasul-Nya telah melarangnya, seperti dijelaskan dalam QS. Al-Hujurat 49 : 12 yang berbunyi :

Artinya :“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian dari prasangka adalah dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagaian yang lain”. (QS. Al-Hujurat, 49 : 12)

Rasulullah SAW bersabda yang artinya :“Jauhkanlah dirimu dari prasangka buruk, karena berperasangka buruk itu sedusta-dusta pembicaraan (yakni jauhkan dirimu dari menuduh seseorang berdasarkan sangkaan saja)”. (HR. Bukhari dan Muslim)


Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Pengertian dan Sejarah Nuzulul Qur’an


Macam Perbuatan Husnudzan

Husnudzan Terhadap Allah SWT

Husnudzhan kepada Allah SWT mengandung arti selalu berprasangka baik kepada Allah SWT, karena Allah SWT terhadap hambanya seperti yang hambanya sangkakan kepadanya, kalau seorang hamba berprasangka buruk kepada Allah SWT maka buruklah prasangka Allah kepada orang tersebut, jika baik prasangka hamban kepadanya maka baik pulalah prasangka Allah kepada orang tersebut. Rasulullah SAW bersabda yang artinya adalah “Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Nabi saw. bersabda : “Allah Ta’ala berfirman : “Aku menurut sangkaan hambaKu kepadaKu, dan Aku bersamanya apabila ia ingat kepadaKu. Jika ia ingat kepadaKu dalam dirinya maka Aku mengingatnya dalam diriKu. Jika ia ingat kepadaKu dalam kelompok orang-orang yang lebih baik dari kelompok mereka. Jika ia mendekat kepadaKu sejengkal maka Aku mendekat kepadanya sehasta. jika ia mendekat kepadaKu sehasta maka Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia datang kepadaKu dengan berjalan maka Aku datang kepadanya dengan berlari-lari kecil“. (Hadits ditakhrij oleh Bukhari).

Perbuatan-perbuatan husnudzan kepada Allah SWT yang dilakukan oleh seseorang sebagai hamba-Nya adalah sebagai berikut :

1. Bersabar

Sabar dalam ajaran Islam memiliki pengertian yaitu tahan uji dalam menghadapi suka dan duka hidup, dengan perasaan ridha dan ikhlas serta berserah diri kepada Allah. Sikap sabar diperintahkan Allah SWT dalam QS Al Baqarah ; 153 yang berbunyi :
Ujian dan cobaan pasti kan melintas dalam kehidupan setiap manusia. Ujian dan cobaan tersebut bentuknya beragam, hal itu bisa berupa kemudahan dan kesulitan, kesenangan dan kesedihan, sehat dan sakit, serta suka dan duka. Adakalanya hal itu dialami diri sendiri, keluarga, sahabat dan sebagainya. Ketika semuanya melintas maka yang harus dilakuakan adalah apabila itu merupakan kebahagiaan maka sukurilah dan apabila hal tersebut merupakan kesedihan maka bersabarlah. Karena pada hakekatnya Apa yang dialami manusia itu semua datangnya dari Allah dan merupakan ujian hidup yang justru akan menambah keimanan kita apabila kita ikhlas menerimanya. Allah SWT berfirman :
Artinya: “155. Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. 156. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”.”(Al-Baqarah 155-156)

2. Mengendalikan Emosi

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melatih mengendalikan nafsu atau emosi agar bisa bersikap sabar yaitu:

  1. Melatih serta mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan membaca ayat-ayat suci Al Qur’an, shalat, puasa, dan ibadah lainnya.
  2. Menghindari kebiasaan-kebiasaan yang dilarang agama. Orang yang mampu menghindarkan diri dari kebiasaan yang dilarang agama, akan membuat hidupnya terbiasa dengan hal-hal yang baik dan tidak mudah melakukan perbuatan-perbuatan keji.
  3. Memilih lingkungan pergaulan yang baik.

3. Bersyukur

a. Pengertaian Syukur
Syukur menurut pengertian bahasa yaitu berasal dari bahasa Arab, yang berarti terimakasih. Syukur secara istilah yaitu berterimakasih kepada Allah SWT dan pengakuan secara tulus hati atas nikmat dan karunua-Nya, malalui ucapan, sikap dan perbuatan.

b. Cara-cara bersyukur

  • Dengan hati. Yaitu dengan cara menyadari dan mengakui dengan tulus hati bahwa segala nikmat dan karunia adalah merupakan pemberian dari Allah SWT dan tak ada selain Allah SWT yang dapat memberikan nikmat dan karunia tersebut.
  • Dengan lisan. Yaitu dengan cara mengucapkan Alhamdulillah, mengucapkan lafal-lafal dzikir lainnya, membaca al-quran, membaca buku ilmu pengetahuan dan amal ma’ruf nahi munkar dan senantiasa nasehat menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.
  • Dengan perbuatan. Yaitu dengan cara melaksanakan segala ibadah yang diperintahkan Allah SWT kepada kita dan menjauhi segala perbuatan yang dilarang Allah. Syukur dengan perbuatan seperti sholat, belajar, membantu orang tua, berbuat baik terhadap sesama manusia dan makhluk-makhluk Allah, dan menghormati guru.
  • Dengan harta benda. Yaitu dengan cara menafkahkan dan membelanjakan harta benda yang telah Allah rizkikan kepada kita untuk hal-hal yang baik dan bermanfaat.

c. Hal-hal yang harus disyukuri

  • Nikmat jasmani.  Kita harus mensyukuri karena Allah SWT telah menciptakan kita dalam bentuk yang paling sempurna.
  • Nikmat rohani. Karunia dan anugrah Allah SWT atas nikmat rohani yang patut disukuri adalah Allah telah mehirkan kita, diberikannya jasad kita ruh, kalbu/hati, nafsu dan akal sehingga kita bisa hidup, berfikir, merasakan senang, bahagia, sedih, marah dan perasaan perasaan yang melengkapi segala kehidupan kita.
  • Nikmat dunia dan seisinya.  Apabila kita harus menghitung satu persatu nikmat Allah niscaya tidakalah akan terhitung jumlanya.

Husnudzan Terhadap Diri Sendiri

1. Percaya diri

  Segala kemampuan yang kita miliki merupakan karunia Allah yang harus kita syukuri. Oleh karena itu, kemampuan yang kita miliki harus kita manfaatkan sebaik mungkin. Kemampuan yang kita miliki akan menjadi tidak berarti apabila kita tidak percaya diri terhadap kemampuan yang kita miliki.

Seseorang yang percaya diri tentu akan yakin terhadap kemampuan dirinya, sehingga di berani untuk menggunakan dan memanfaatkan kemampuannya dan mendapatkan hasil atas kemampuan yang ia usahakannya.

2. Gigih

Pengertian gigih secara bahasa yaitu bersikap kerja keras. Gigis secara istilah berarti mempunyai semangat hidup, tidak mengenal lelah, dan tidak menyerah. Gigih juga bisa diartikan kemauan kuat seseorang dalam usaha mencapai sesuatu cita-cita.

Gigih sebagai salah satu dari akhlakul karimah sangat diperlukan dalam suatu usaha. Jika ingin mencapai suatu hasil yang maksimal, suatu usaha harus dilakukan dengan gigih, dan penuh kesungguhan hati. Allah SWT berfirman dalam QS Alam Nasrah : 7 yang berbunyi:

“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.”

Beberapa sikap yang dimiliki seseorang yang gigih antara lain adalah :

  1. Gigih dalam berusaha dan menjalaninya dengan sabar dan ikhlas
  2. Memiliki program perencanaan yang baik dan membagi waktu yang tepat
  3. Memiliki rasa tanggung jawab, pantang menyerah dan tidak mudah putus asa
  4. Selalu memohon pertolongan dan perlindungan Allah SWT
  5. Selalu ada keinginan ke arah perubahan yang lebih baik,

3. Berinisiatif

Inisiatif secara bahasa berasal dari bahasa Belanda yang berarti prakarsa, perintis jalan sebagai pelopor atau langkah pertama atau teladan. Inisiatif bisa difahami sebagai sikap yang senantiasa berbuat sesuatu yang sifatnya produktif. Berinisiatif menuntut sikap bekerja keras dan etos kerja yang tinggi. Seseorang yang memiliki inisiatif disebut inisiator. Sabda Rasulullah SAW  yang  artinya : “ Barang siapa merintis jalan kebaikan (meletakkan dasar), maka ia memperoleh pahala secara langsung dari perbuatannya. Disamping juga dari pihak orang yang mengikiti jejaknya. Demikian pula barang siapa merintis jalan maksiat maka ia tertimpa siksa ganda (kejahatan dari diri sendiri dan orang yang menirunya).” (Al-Hadits)

Artinya : “39. dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya, 40. dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). 41. Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna.” (QS An Najm : 38-41)


Husnudzan Terhadap Orang Lain

Dilarang saling mencaci maki sesama, Firman-Nya dalm Surat Al Hujurat :11

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri  dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.”

Lalu dijelasakan pula dalam firman Allah QS Al Hujurat :12

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”

Hadits Nabi menjelaskan bahwa prasangka buruk dapat merusak hubungan silaturahmi dan prasangka buruk seburuk-buruk ucapan. Hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Tabrani:

Husnudzan terhadap orang lain bisa berupa,

  1. Terhadap Keluarga
  2. Terhadap Tetangga
  3. Terhadap Masyarakat

Husnudzan terhadap alam sekitar

Agama Islam adalah rahmat Allah untuk semesta alam yang artinya rahmat tersebut bukan hanya untuk manusia saja, tetapi uga makhluk hidup selain manusia yaitu alam dan lingkungan hidup.

Kekayaan alam yang berlimpah disediakan oleh Allah untuk digunakan oleh manusia dengan cara mengambil dan member manfaat, baik dari dan kepada alam serta melarang segala bentuk perbuatan yang merusaknya. Alam dan lingkungan yang dikelola dengan baik akan memberikan manfaat yang berlipat-lipat. Sebaliknya, alam yang dibiarkan atau hanya diambil manfaatnya akan mendatangkan malapetaka bagi manusia.

Allah berfirman dalam surat Ar-Rum  ayat 41,

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”


Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Relevansi Antara Ilmu Pengetahuan Dan Agama Islam


Manfaat dan Hikmah berbuat Husnudzan

  1. Menghayati dan menyadari pentingnya husnudzan terhadap Allah, diri sendiri dan sesama.
  2. Dalam menghadapi perjalanan hidup berbesar hati.
  3. Menghindari sifat egois yang mau benarnya sendiri, paling sempurna, dan melampaui batas yang akhirnya akan dirumuskan oleh Allah.

Daftar Pustaka

  • Shaleh, Fauzi Anshori, Supardi, Sarino. (2010), Modul Pendidikan Agama Islam Kelas X SMA 1 Negeri Wonosari
  • Margiono, dkk. (2007), Pendidikan Agama Islam, Lentera Kehidupan: Penerbit Yudhistira.