Pengertian dan Ciri Cerpen beserta Unsur dan Struktur

Diposting pada

Pengertian-dan-Ciri-Cerpen

Pengertian Cerpen

Cerita pendek merupakan satu karya sastra yang sering kita jumpai di berbagai media massa. Namun demikian apa sebenarnya dan bagaimana ciri-ciri cerita pendek itu, banyak yang masih memahaminya. Kita juga harus mengetahui apa itu cerpen, supaya kita bisa memahami dan mengamalkan penulisan cerpen dalam kehidupan kita sehari-hari.

Cerpen juga merupakan karya sastra. Dalam hal ini akan di kaji oleh penulis mengenai menulis teknis atau praktis cerpen. Cerpen merupakan jenis karya sastra yang berbentuk prosa naratif fiktif/ fiksi yang dimana isinya menceritakan/ menggambarkan kisah suatu tokoh beserta segala masalah dan juga penyelesaiannya, yang ditulis secara ringkas dan juga padat. Pada umumnya, isi cerita pendek berpusat pada satu tokoh dan juga situasi tertentu dimana ada puncak masalah (klimaks) dan juga penyelesaiannya. Selain itu, di dalam cerita pendek atau cerpen terdapat kurang dari 10.000 kata saja, sehingga cenderung singkat dan juga padat.


Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Pengertian Cerpen Serta Unsur-Unsur Dalam Cerpen


Cerpen Menurut Para Ahli

  • Menurut KBBI adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Dalam cerpen diceritakan sepenggal kehidupan tokoh yang penuh pertikaian, peristiwa yang mengharukan, atau menyenangkan dan mengandung pesan yang tak mudah dilupakan.
  • Menurut Suroto (1989:18), cerpen ialah suatu karangan prosa yang berisi cerita sebuah peristiwa kehidupan manusia pelaku/tokoh dalam cerita tersebut. Dalam karangan tersebut dapat pula peristiwa lain tetapi peristiwa tersebut tidak dikembangkan sehingga kehadirannya hanya sekedar sebagai pendukung peristiwa pokok agar cerita tampak wajar. Ini berarti cerita hanya dikonsentrasikan pada satu peristiwa yang menjadi pokok cerita.
  • Menurut Nursito (2000:112), mengatakan cerpen ialah cerita yang hanya menceritakan satu peristiwa dari seluruh kehidupan pelakunya pendek. Cerita pendek merupakan cerita yang pendek, namun tidak setiap cerita yang pendek digolongkan ke dalam cerpen.
  • Menurut Surana (2001:68), cerita pendek menceritakan pokok persoalan yang sama dengan roman, yaitu perikehidupan manusia. Hanya dalam cerpen tidak terdapat uraian yang panjang lebar. Yang diceritakan adalah sejumput dari kehidupan yang menimbulkan pertikaian yang harus diselesaikan.
  • Menurut Lailasari dan Nurlaila (2006:62), cerita pendek adalah suatu karangan pendek yang berbentuk karangan naratif atau cerita prosa yang mengisahkan kehidupan manusia yang penuh perselisihan, mengharukan, atau menggembirakan, dan mengandung kesan yang sulit dilupakan.
  • Menurut H.B Jassin dalam Suroto (1989:18), sebuah cerita yang memakan seratus halaman tentu bukan sebuah cerpen. Ukuran yang digunakan dalam sebuah cerpen adalah kesingkatan dan kepadatannya. Dengan kata lain, apa yang hendak disampaikan pengarang lewat cerpennya benar-benar terasa.
  • Menurut Kosasi, dkk (2004:431), cerpen adalah karangan yang berbentuk prosa. Dalam cerpen diceritakan sepenggal kehidupan tokoh yang penuh pertikaian, peristiwa yang mengharukan, atau menyenangkan dan mengandung kesan yang tidak mudah dilupakan.
  • Menurut Susanto dalam Tarigan (1984 : 176), cerita pendek adalah cerita yang panjangnya sekitar 5000 kata atau kira-kira 17 halaman kuarto spasi rangkap yang terpusat dan lengkap pada dirinya sendiri.
  • Menurut Sumardjo dan juga Saini, pengertian cerpen merupakan cerita fiktif atau tidak benar  terjadi akan tetapi bisa saja terjadi kapanpun dan juga dimanapun yang mana ceritanya relatif pendek.
  • Menurut Nugroho Notosusanto, pengertian cerpen merupakan cerita yang panjangnya berkisar 5000 kata atau sampai sekitar 17 halaman kuarto spasi, dimana isinya terpusat dan juga lengkap pada dirinya sendiri.
  • Menurut B. Jassin, arti cerpen merupakan sebuah cerita singkat yang harus memiliki bagian terpenting yakni perkenalan, pertikaian dan juga penyelesaian.
  • Menurut Saini, arti cerpen merupakan cerita pendek fiksi atau tidak benar  terjadi, tetapi bisa juga terjadi kapan saja dan juga dimana saja dimana cerita ini relatif singkat.
  • Menurut A. Bakar Hamid, cerpen atau cerita pendek  ini seharusnya dilihat dari kuantitas kata yang dipakai, yaitu antara 500 hingga 20.000 kata, terdapat plot, terdapat satu karakter, dan juga adanya kesan.

Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Pengertian dan Jenis Prosa beserta Contohnya


Sejarah Cerpen

Cerita pendek bermula pada tradisi penceritaan yang menghasilkan kisah-kisah terkenal, misalnya Iliad dan Odyssey karya Homer. Kisah-kisah tersebut disampaikan dalam bentuk puisi yang berirama, dan irama yang berfungsi sebagai alat untuk mendorong orang utnuk mengingat ceritanya. Bagian-bagian singkat dari kisah-kisah ini dipusatkan pada naratif-naratif individu yang dapat disampaikan pada satu kesempatan pendek. Keseluruhan kisahnya baru terlihat apabila keseluruhan bagian cerita tersebut telah disampaikan.

Cerita-cerita pendek modern sebagai genrenya sendiri pada awal abad ke-19. Contoh awal dari kumpulan cerita pendek termasuk dongeng-dongeng Grimm Bersaudara (1824-1826), Evenings on a Farm Near Dikanka (1831-1832) karya Nikolai Gogol, Tales of the Grotesque and Arabesque (1836), karya Edgar Allan Poe dan Twice Told Tales (1842) karya Nathaniel Hawthome. Penerbitan cerpen di Malaysia sebagaimana yang dikatakan oleh Othman Puteh lebih banyak terdapat dalam surat kabar dan majalah. Oleh karena itu, wajarlah jika dikatakan sebagai sastra kesuratkabaran bahwa majalah dan surat kabar punya andilbesar dalam mempublikasikan cerpenhal itu tidak terlepas dari peranan yang dimainkan sastrawan Asas 50.

Peta cerpen Malaysia tahun 1950-an ditandai dengan miskinnya penerbitan antologi cerpen. Safian Husain, dkk, mencatat bahwa antolopgi cerpen yang terbit pada dasawarsa itu berjumlah sembilan buah. Tujuh di antaranya terbit selepas 1955. Jadi, sebelum tahun 1955 antologi cerpen hanya terbit dua buku, itupun berisi cerpen-cerpen hasil lombayaitu cerpen pemenang Peraduan Pengarang cerita yang diselenggarakan Jabatan Pelajaran persekutuan masalah Melayu pada 1953 dan 1951. Kesemarakan  cerpen Malaysia masa itu justru terjadi diberbagai majalah dan surat kabar. Keadaan itou tak dapat dilepaskan dari turadisi yang melatarbelakangi penulisan cerpen. Otman Puiteh mengatakan “Cerpen-cerpen melayu selepas perang Dunia II masih tetap dan terus populer hingga saat ini sebagai sastera persuratkabaran”.

Tahap-tahap perkembangan itu mulai diperkenalkan pada tahun 1920, dan tumbuh dengan pesat hingga tahun 1941. Agak tercatat perkembangannya sewaktu perkembangan fasis Jepang di Semenangjung Tanah Melayu dari tahun 1942-1945. Kembali berkembang setelah perang Dunia II pada tahun 1949 dan dari tahun 1950 hingga ke pertengahan tahun 1955 mulai mendapat defenisi bentuk yang agak jelas dan konkrit. Cerpen juga digemari dan dimantapkan pada tahun-tahun sebelum dan sesudah kemerdekaan malaysia 1955-1959.


Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : STRUKTUR CERPEN : Pengertian, Penjelasan, Contoh, dan Studi Kasusnya


Ciri-ciri Cerpen

  • Jumlah kata di dalam cerpen harus kurang dari 10.000 kata.
  • Isi cerpen memiliki sifat fiktif/ fiksi.
  • Hanya memiliki satu alur saja (alur tunggal).
  • Bentuk tulisannya singkat/ lebih singkat dari Novel.
  • Isi cerpen pada umumnya diangkat dari kejadian sehari-hari.
  • Biasanya cerpen memiliki kata-kata yang mudah dimengerti oleh pembaca.
  • Bentuk penokohan di dalam cerpen yang sangat sederhana.
  • Cerita pendek dapat meninggalkan kesan dan juga pesan mendalam sehingga pembaca ikut merasakan isi cerpen tersebut.

Menurut Surana (2001:45), ciri-ciri cerpen ialah sebagai berikut:

  1. Pada umumnya cerita itu pendek
  2. Yang ditampilkan dalam cerpen hanya hal-hal yang penting benar dan berarti
  3. Isinya singkat lagi padat
  4. Menggambarkan tokoh cerita menghadapi suatu pertikaian (konflik) dan untuk menyelesaikannya
  5. Sanggup meninggalkan suatu kesan dalam hati pembaca

Dari ciri-ciri yang sebutkan oleh Surana di atas, penulis dapat mengulas pendapatnya mengenai ciri-ciri cerpen bahwa cerpen pada umumnya memiliki cerita yang pendek yaitu cerita yang tidak bertele-tele atau cerita yang terlalu banyak penjabaran yang tidak penting untuk dituliskan. Cerpen menampilkan hal-hal yag sangat penting dan ada artinya, tidak terbuat dari kalimat-kalimat yang tidak menimbulkan kesan pada pembaca. Isi dari cerpen pun singkat dan paadat. Dalam cerpen hanya menggambarkan tokoh cerita yang menghaadapi peristiwa pertikaian dan di sanalah tokoh berusaha menyelesaikan pertikaiannya. Cerpen juga mampu meninggalkan kesan yang mendalam pada hati pembacanya.

Tidak jauh berbeda halnya dengan ciri-ciri cerpen menurut tokoh dibawah ini. Ciri-ciri cerpen menurut Lubis (dalam Tarigan, 1985:177), diantaranya adalah sebagai berikut:

  • Cerita pendek harus berisi interpretasip pengarang tentang konsepsinya mengenai kehidupan baik secara langsung maupun tidak langsung
  • Dalam sebuah cerpen, seorang insiden harus menguasai jalan cerita
  • Cerpen harus memiliki seorang yang harus menjadi pelaku atau tokoh utama
  • Cerpen harus mempunyai satu efek atauu kesan yang menarik

Dari pendapat Lubis di atas, tidak terdapat perbedaan yang mendalam terhadap pendapat Suroto. Dengan hal ini penulis dapat mengulas pendapat Lubis mengenai ciri-ciri cerpen bahwa dalam sebuah cerpen harus berisi interpretasi tentang konsepsinya mengenai kehidupan cecara langsung atau tidak langsung. Di sini pengarang dapat menuliskan pengalamannya menjadi sebuag cerpen, baik yang pernah ia lihat, yang ia alami, dan yang ia angankan atau khayalkan. Dalam sebuah cerpen pengarang juga harus menguasai jalan cerita. Karena jika tidak, maka karya yang ia ciptakan kuranglah baik dan tidak tersusun sesuai dengan alurnya. Cerpen juga harus memiliki tokoh untuk pelaku utamanya, yang akan menjadi orang akan selalu diceritakan dalam cerita, serta cerpen harus memiliki kesan pada pembacanya.

Hampir sama dengan pendapat ahli di atas, dapat dibandingkan mengenai ciri-ciri cerpen di bawah ini.
Menurut pendapat Sumarjo dan Saini (1997 : 36) ciri-ciri cerpen adalah sebagai berikut.

  • Ceritanya pendek ;
  • Bersifat rekaan (fiction) ;
  • Bersifat naratif ; dan
  • Memiliki kesan tunggal.

Dari pendapat ahli di atas, dijelaskan bahwa siri-ciri cerita pendek ialah memiliki cerita yang pendek, memiliki sifat rekaan atau tidak benar-benar ada, memiliki sifat naratif dan memiliki kesan yang tunggal.
Tidak jauh berbeda dengan pendapat ahli di bawah ini. Hanya saja menurut Morris lebih di paparkan. Menurut Morris dalam Tarigan (1985 : 177), ciri-ciri cerita pendek adalah sebagai berikut.

  • Ciri-ciri utama cerita pendek adalah singkat, padu, dan intensif (brevity, unity, and intensity).
  • Unsur-unsur cerita pendeknya adalah adegan, toko, dan gerak (scena, character, and action).
  • Bahasa cerita pendek harus tajam, sugestif, dan menarik perhatian (incicive, suggestive, and alert).

Dari ciri-ciri cerpen menurut Morris di atas, penulis dapat mengulas mengenai ciri-ciri cerpen yaitu, pada cerpen memiliki cerita yang singkat, padu atau berkesinambungan, dan intensif atau secara terus-menerus. Pada cerpen memiliki sebuah adegan, tokoh dan gerak dari pada sebuah ceritanya tersebut. Dalam cerpen juga memiliki bahasa yang tajam dan menarik perhatian para pembacanya. Hingga pembaca tertarik membaca hingga selesai.
Jadi, dari beberapa pendapaat ahli di atas, penulis dapat menyimpulkan ciri-ciri cerpen yaitu:

  • Pada cerpen terdapat cerita yang benar-benar pendek
  • Hal-hal yang disampaikan pengarang singkat dan padat.
  • Terdapat tokoh yang menjadi pelaku utama
  • Mampu menciptakan kesan yang mendalam bagi pembaca

Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Pengertian Interpretasi dan Pengertian Interpretasi Dalam Berbagai Bidang


Unsur dalam Cerpen

Cerita fiksi seperti cerpen dan novel dapat kita analisis dengan dua segi, yaitu unsur yang meleklat paada tubuh karya sastra itu sendiri (unsur intrinsik) dan unsur yang ada di luar tubuh sastra itu sendiri (unsur ekstrinsik). Unsur insur intrinsik sebuah cerita fiksi mencakup tema, latar, cara bercerita, alur, penokohan, suasana, dan gaya bahasa. Sedangkan unsur ekstrinsik yaitu nilai-nilai yang terdapat dalam cerita itu sendiri.

Unsur intrinsik cerpen

  • Tema
    Tema ialah permasalahan sebuah cerita yang terus menerus dibicarakan sepanjang cerita. Seorang pengarang tidak menyebutkan apa yang menjadi tema dalam cerita, tapi hal itu dapat kita ketahui setelah membaca cerita itu secara keseluruan. Dengaan kata lain, tema sebuah cerita biasanya merupakan sesuatu yang tersirat bukan tersurat, yaitu tema dalam cerpen tidak dituliskan namun hanya tersirat oleh pengarang dan kemusia dipahami oleh pembaca setelah membaca cerita tersebut.
  • Latar/setting
    Latar atau setting adalah tempat dan waktu serta keadaan yang menimbulkan suatu peristiwa dalam sebuah cerita. Sebuah cerita itu harus jelas di mana berlangsungnya dan kapan peristiwa itu terjadi. Guna untuk memperjelas jalan cerita.
  • Alut atau plot
    Alpur atau plot adalah susunan peristiwa-peristiwa yang telah membentuk sebuah cerita. Alur cerita sangatlah penting bagi sebuah cerpen dan merupakan sebuah kerangka karangan. Secara sederhana plot terdiri atas tiga tahap yaitu thap perkenalan, tahap pertikaian dan tahap penyelesaian.
  • Sudut pandang
    Sudut pandang terdiri dari dua macam yaitu: Sudut pandang orang pertama yaitu pengarang memakai istilah aku dan saya dalam bercerita. dan Sudut pandang orag ketiga, yaitu pengarang biasanya menggunakan istilah dia atau memakai nama orang. Dalam hal ini pengarang seolah-olah menjadi dalang dalam ceritanya.
  • Penokohan dan karakteristik
    Penokohan menurut Djuharie (2005:65), ialah para pelaku yang terlibat di dalam cerita. Penokohan berhasil jika tokoh-tokoh yang diketengahkan jelas dan tidak menyulitkan pembaca untuk mengingat karena terlalu banyak yang ditonjolkan. Selain jelas penokohan juga harus menarik bagi pembaca.
    Dari pengertian penokohan yang paparkan oleh Djuharie di atas, penulis dapat mengulas, bahwa penokohan ialah semua pelaku yang ada di dalam cerita. Dalam pembentukan tokoh, haruslah jelas dan tidak menyulitkan pembaca dalam memahami ceritanya. Maksudnya, dalam pemaparan tokoh haruslah jelas, tokoh utama akan sering dibicarakan atau dipaparkan bagaimana kehidupan dan pertikaian yang di alaminya. Namun, jika tokoh lain hanya disebut atau diceritakan hanya sekilas, tidak terus-terusan seperti tokoh utama, yang dibicarakan dari awal cerita hingga berakhirnya cerita.
  • Gaya bahasa
    Gaya bahasa menciptakan suatu nada atau suasana persuasif serta merumuskan dialog yang mampu memperlihatkan hubungan dan interaksi antara sesama tokoh. Gaya bahasa yang cermat dapat menciptakan suasana yang berterus terang atau satiris, simpatik, menjengkelkan atau emosional. Bahasa dapat menciptakan suasana yang tepat bagi adegan seram, adegan cinta, adegan peperangan dan lain-lain. Bahasanya segar, komunikatif, mudah dipahami atau tidak berbelit-belit.

Unsur ekstrinsik cerpen

Unsur ekstrinsik cerpen merupakan unsur yang melatarbelakangi diluar cerita misalnya yaitu yang berhubungan dengan Unsur-Unsur Kehidupan. Misalnya Unsur Sosial, dimana unsur sosial melatar belakangi cerita tersebut dimana dapat dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari misalnya kerjasama. Unsur-unsur tersebut bisa anda tuliskan setelah anda membaca cerita tersebut. Tidak hanya unsur sosial tetapi ada juga unsur agama, atau yang melatar belakangi kehidupan pengarang sehingga ia ceritakan lewat sebuah tulisan. Unsur ekstrinsik Cerpen adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Unsur ekstrinsik meliputi:

  • Nilai Agama
    Nilai agama yaitu nilai-nilai dalam cerita yang berkaitan dengan aturan/ajaran yang bersumber dari agama tertentu. Sastra pada umumnya bertalian dengan religiusitas manusia dan humanisme. Manusia alam dan religiusitas membentuk sistem kehidupan. Dalam teori klasik, alamlah yang memberikan inspirasi menggerakkan hati dan tangan manusia dalam penciptaan sesuatu seperti halnya menciptakan suatu karya yang bisa disebut karya sastra (Jarkasi, 2002:1).
  • Nilai Moral
    Nilai moral yaitu nilai-nilai dalam cerita yang berkaitan dengan akhlak/perangai atau etika. Nilai moral dalam cerita bisa jadi nilai moral yang baik, bisa pula nilai moral yang buruk/jelek.
    Wujud moral dalam karya fiksi dapat berupa hal-hal berikut:
    a. hubungan manusia dengan dirinya sendiri;
    b. hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkup sosial.
    c. hubungan manusia dengan lingkungan alam sekitarnya;
    d. hubungan manusia dengan Tuhannya.
    Pesan moral yang sampai kepada pembaca dapat ditafsirkan berbeda- beda oleh pembaca. Hal ini berhubungan dengan cara pembaca mengapresiasi isi cerita. Pesan moral tersebut dapat berupa cinta kasih, persahabatan, kesetiakawanan sosial, sampai rasa takjub kepada Tuhan. Untuk melatih Anda mengenal unsur moral dalam cerita fiksi,
  • Nilai Budaya
    Nilai budaya adalah nilai-nilai yang berkenaan dengan kebiasaan/tradisi/adat-istiadat yang berlaku pada suatu daerah. Dari pengertian di atas, penulis dapat mengulas bahwa nilai budaya itu merupakan nilai kebiasaan, tradisi atau adat istiadat yang ada dalam suatu masyarakat.
  • Nilai Sosial
    Nilai sosial yaitu nilai-nilai yang berkenaan dengan tata pergaulan antara individu dalam masyarakat. Latar belakang kehidupan pengarang dan situasi sosial ketika cerita itu diciptakan. Dari pengertian di atas, penulis dapat mengulas bahwa nilai sosial adalah nilai-nilai yang berhubungan dalam kehidupan bermasyarakat atau sebuah latar belakang pengarang ketika cerita itu diciptakan.

Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Pengertian, Jenis-Jenis Artikel, Contoh-Contoh Artikel dan Cara Pembuatannya


Struktur Cerpen

Di dalam Cerpen memiliki 6 elemen penting yang membangun teks cerita pendek tersebut sehingga akan membentuk suatu cerita yang utuh. Berikut ini merupakan struktur cerpen yaitu:

  • Abstrak
    Abstrak merupakan ringkasan atau inti dari cerpen dan juga merupakan gambaran awal suatu cerita. Unsur abstrak memiliki sifat opsional, dengan kata lain suatu cerpen boleh saja tidak menggunakan abstrak.
  • Orientasi
    Orientasi merupakan hal-hal yang berhubungan dengan waktu, suasana, dan juga tempat yang ada di dalam cerita pendek.
  • Komplikasi
    Komplikasi merupakan urutan berbagai kejadian yang digabungkan berdasarkan sebab dan juga akibat. Kita dapat melihat watak atau karakter sebuah toko dalam cerpen pada struktur ini.
  • Evaluasi
    Evaluasi merupakan struktur masalah yang terjadi dan juga mengarah pada klimaks, serta mulai menemukan solusi dan juga penyelesaian atas masalah tersebut.
  • Resolusi
    Pada bagian ini lah si pembuat cerpen akan menjelaskan solusi atau penyelesaian masalah yang terjadi oleh tokoh di dalam cerpen.
  • Koda
    Koda merupakan nilai moril atau pelajaran yang bisa didapatkan oleh pembaca cerpen.

Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Struktur Teks Ekposisi Yang Perlu Anda Ketahui


Jenis dan Pembagian Cerpen

  1. Pembagian cerpen menurut jumlah kata
    Berdasarkan jumlah katanya, cerpen dipatok sebagai karya sastra berbentuk prosa fiksi dengan jumlah kata berkisar antara 750-10.000 kata. Berdasarkan jumlah katanya, cerpen dapat dibedakan menjadi 3 tipe, yakni.
    a. Cerpen mini (flash), cerpen dengan jumlah kata antara 750-1.000 buah.
    b. Cerpen yang ideal, cerpen dengan jumlah kata antara 3.000-4000 buah.
    c. Cerpen panjang, cerpen yang jumlah katanya mencapai angka 10.000 buah. Cerpen. Jenis ini banyak ditulis oleh cerpenis Amerika Serikat, Amerika Latin, dan Eropa pada kurun waktu 1940-1960 (Pranoto, 2007:13-14).
  2. Cerpen Menurut Teknik Mengarangnya
    a. Cerpen sempurna (well made short-story).
    Cerpen yang terfokus pada satu tema dengan plot yang sangat jelas, dan ending yang mudah dipahami. Cerpen jenis ini pada umumnya bersifat konvensional dan berdasar pada realitas (fakta). Cerpen jenis ini biasanya enak dibaca dan mudah dipahami isinya. Pembaca awam bisa membacanya dalam tempo kurang dari satu jam.
    b. Cerpen tak utuh (slice of life short-story).
    Cerpen yang tidak terfokus pada satu tema (temanya terpencar-pencar), plot (alurnya) tidak terstruktur, dan kadang-kadang dibuat mengambang oleh cerpenisnya. Cerpen jenis ini pada umumnya bersifat kontemporer, dan ditulis berdasarkan ide-ide atau gagasan-gagasan yang orisinal, sehingga lajim disebut sebagai cerpen ide (cerpen gagasan). Cerpen jenis ini sulit sekali dipahami oleh para pembaca awam sastra, harus dibaca berulang kali baru dapat dipahami sebagaimana mestinya. Para pembaca awam sastra menyebutnya cerpen kental atau cerpen berat.
  3. Cerpen Menurut Tahap Penulisannya
    Tahap penulisan cerpen menurut Sumardjo (2001:70), adalah sebagai berikut.
    a. Tahap persiapan
    b. Tahap inskubasi
    c. Tahap inspirasi
    d. Tahap penulisan
    Dari pendapat ahli di atas, penulis dapat mengulas bahwa dalam tahap penulisan cerpen seorang harus mematuhi tahap-tahap yang telah disediakan yaitu persiapan, tahap inkubasi, tahap enspirasi dan selanjutnya tahap penulisan. Dilakuknnya tahapan-tahapan ini supaya pengarang mudah dalam melakukan penulisan.