Konsep Ilmu Dan Teknologi Menurut Pandangan Agama Islam

Diposting pada

ilmu-dan-teknologi-islam

Ilmu Dan Teknologi Menurut Islam

Peran Islam dalam perkembangan iptek adalah bahwa Syariah Islam harus dijadikan standar pemanfaatan iptek. Ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah islam) wajib dijadikan tolok ukur dan pemanfaatan iptek, bagaimana pun juga bentuknya. Iptek yang boleh dimanfaatkan adalah yang telah dihalalkan oleh syariah islam. Sedangkan Iptek yang tidak boleh dimanfaatkan adalah yang telah diharamkan. Akhlak yang baik muncul dari keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT sumber segala kebaikan, Keindahan, dan Kemuliaan. Keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT hanya akan muncul bila diawali dengan pemahaman ilmu pengetahuan dan pengenalan terhadap Tuhan Allah SWT dan terhadap alam semesta sebagai tajaliyat (manifestasi) sifat-sifat KeMahaMuliaan, Kekuasaan dan Keagungan-Nya.

Islam sebagai agama penyempurna dan paripurna bagi kemanusiaan,sangat mendorong dan mementingkan umatnya untuk mempelajari, mengamati, memahami dan merenungkan segala kejadian di alam semesta. Dengan kata lain Islam sangat mementingkan pengembangan ilmu pengetahuandan teknologi. Berbeda dengan pandangan Barat yang melandasi pengembangan Ipteknya hanya untuk mementingkan duniawi, maka Islam mementingkan penguasaan Iptek untuk menjadi sarana ibadah atau pengabdian Muslim kepada Allah SWT dan mengembang amanat Khalifatullah (wakil/mandataris Allah) di muka bumi untuk berkhidmat kepada manusia dan menyebarkan rahmat bagi seluruh alam. Ada lebih dari 800 ayat dalam Al-Quran yang mementingkan proses perenungan, pemikiran, dan pengamatan tehadap berbagai gejala alam, untuk di tafakuri dan menjadi bahan dzikir kepada Allah.

Bila ada pemahaman atau tafsiran ajaran agama Islam yang menentang fakta ilmiah, maka kemumgkinan yang salah adalah pemahaman dan tafsiran terhadap ajaran agama tersebut. Bila ada ilmu pengetahuan yang menentang prinsip pokok ajaran agama Islam maka yang salah adalah tafsiran filosofis atau paradigma materialisme yang beradadi balik wajah ilmu pengetahuan modern tersebut. Karena alam semesta yang dipelajari melalui ilmu pengetahuan dan ayat-ayat suci Tuhan( Al-Quran) dan Sunnah Rasulullah SAW yang di pelajari melalui agama adalah sama-sama ayat (tanda-tanda dan perwujudan ) Allah SWT, maka tidak mungkin satu sama lain saling bertentangan dan bertolak belakang, karena keduanya berasal dari satu sumber sama, Allah Yang Maha Pencipta dan Pemelihara seluruh Alam Semesta.

  • Kewajiban Mencari Ilmu

Pada dasarnya kita hidup didunia ini tidak lain adalah untuk beribadah kepada Allah. Tentunya beribadah dan beramal harus berdasarkan ilmu yang ada di Al-Qur’an dan Al- Hadist. Tidak akan tersesat bagi siapa saja yang berpegang teguh dan sungguh-sungguh perpedoman pada Al-Qur’an dan Al-Hadist.

Disebutkan dalam hadist, bahwasanya ilmu yang wajib dicari seorang muslim ada 3, sedangkan yang lainnya akan menjadi fadhlun (keutamaan). Ketiga ilmu tersebut adalah ayatun muhkamatun (ayat-ayat Al-Qur’an yang menghukumi), sunnatun qoimatun (sunnah dari Al-hadist yang menegakkan) dan faridhotun adilah (ilmu bagi waris atau ilmu faroidh yang adil)

Dalam sebuah hadist rasulullah bersabda, “ mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim, dan orang yang meletakkan ilmu pada selain yang ahlinya bagaikan menggantungkan permata dan emas pada babi hutan.”(HR. Ibnu Majah dan lainya)

Juga pada hadist rasulullah yang lain, ”carilah ilmu walau sampai ke negeri cina”. Dalam hadist ini kita tidak dituntut mencari ilmu ke cina, tetapi dalam hadist ini rasulullah menyuruh kita mencari ilmu dari berbagai penjuru dunia. Walau jauh ilmu haru tetap dikejar.

Dalam kitab “ Ta’limul muta’alim” disebutkan bahwa ilmu yang wajib dituntut trlebih dahulu adalah ilmu haal yaitu ilmu yang dseketika itu pasti digunakan dal diamalkan bagi setiap orang yang sudah baligh. Seperti ilmu tauhid dan ilmu fiqih. Apabila kedua bidang ilmu itu telah dikuasai, baru mempelajari ilmu-ilmu lainya, misalnya ilmu kedokteran, fisika, matematika, dan lainya.

Kadang-kadang orang lupa dalam mendidik anaknya, sehingga lebih mengutamakan ilmu-ilmu umum daripada ilmu agama. Maka anak menjadi orang yang buta agama dan menyepelekan kewajiban-kewajiban agamanya. Dalam hal ini orang tua perlu sekali memberikan bekal ilmu keagamaan sebelum anaknya mempelajari ilmu-ilmu umum.

Dalam hadist yang lain Rasulullah bersabda, “sedekah yang paling utama adalah orang islam yang belajar suatu ilmu kemudian diajarkan ilmu itu kepada orang lain.”(HR. Ibnu Majah)

Maksud hadis diatas adalah lebih utama lagi orang yang mau menuntut ilmu kemudian ilmu itu diajarkan kepada orang lain. Inilah sedekah yang paling utama dibanding sedekah harta benda. Ini dikarenakan mengajarkan ilmu, khususnya ilmu agama, berarti menenan amal yang muta’adi (dapat berkembang) yang manfaatnya bukan hanya dikenyam orang yang diajarkan itu sendiri, tetapi dapat dinikmati orang lain

  • Interaksi iman, ilmu dan amal

Dalam pandangan Islam, antara agama, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni terdapat hubungan yang harmonis dan dinamis yang terinteraksi ke dalam suatu sistem yang disebut dinul Islam, didalamnya terkandung tiga unsur pokok yaitu akidah, syariah, dan akhlak dengan kata lain iman, ilmu dan amal shaleh.

Islam merupakan ajaran agama yang sempurna, karena kesempurnaannya dapat tergambar dalam keutuhan inti ajarannya. Di dalam al-Qur’an dinyatakan yang artinya “Tidaklah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik (dinul Islam) seperti sebatang pohon yang baik, akarnya kokoh (menghujam kebumi) dan cabangnya menjulang ke langit, pohon itu mengeluarkan buahnya setiap muslim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia agar mereka ingat”.

Dari penjelasan tersebut di atas menggambarkan keutuhan antara iman, ilmu dan amal atau syariah dan akhlak dengan menganalogikan dinul Islam bagaikan sebatang pohon yang baik. Ini merupakan gambaran bahwa antara iman, ilmu dan amal merupakan suatu kesatuan yang utuh tidak dapat dipisahkan antara satu sama lain. Iman diidentikkan dengan akar dari sebuah pohon yang menupang tegaknya ajaran Islam, ilmu bagaikan batang pohon yang mengeluarkan dahan. Dahan dan cabang-cabang ilmu pengetahuan. Sedangkan amal ibarat buah dari pohon itu ibarat dengan teknologi dan seni. IPTEKS yang dikembangkan di atas nilai-nilai iman dan ilmu akan menghasilkan amal shaleh bukan kerusakan alam.

  • Keutamaan orang yang berilmu

Orang yang berilmu mempunyai kedudukan yang tinggi dan mulia di sisi Allah dan masyarakat. Al-Quran menggelari golongan ini dengan berbagai gelaran mulia dan terhormat yang menggambarkan kemuliaan dan ketinggian kedudukan mereka di sisi Allah SWT dan makhluk-Nya. Mereka digelari sebagai “al-RaasikhunfilIlm” (Al Imran : 7), “Ululal-Ilmi” (Al Imran : 18), “Ululal-Bab” (Al Imran : 190), “al-Basir” dan “as-Sami’ “ (Hud : 24), “al- A’limun” (al-A’nkabut : 43), “al-Ulama” (Fatir : 28), “al-Ahya’ “ (Fatir : 35) dan berbagai nama baik dan gelar mulia lain.

Dalam surat ali Imran ayat ke-18, Allah SWT berfirman:  “Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang- orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), YangMaha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. Dalam ayat ini ditegaskan pada golongan orang berilmu bahwa mereka amat istimewa di sisi Allah SWT . Mereka diangkat sejajar dengan para malaikat yang menjadi saksi Keesaan Allah SWT.

Peringatan Allah dan Rasul-Nya sangat keras terhadap kalangan yang menyembunyikan kebenaran/ilmu, sebagaimana firman-Nya: “Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati pula oleh semua (mahluk) yang dapat melaknati.” (Al-Baqarah: 159) Rasulullah saw juga bersabda: “Barangsiapa yang menyembunyikan ilmu, akan dikendali mulutnya oleh Allah pada hari kiamat dengan kendali dari api neraka.” (HR Ibnu Hibban di dalam kitab sahih beliau. Juga diriwayatkan oleh Al-Hakim. Al Hakim dan adz-Dzahabi berpendapat bahwa hadits ini sahih) Jadi setiap orang yang berilmu harus mengamalkan ilmunya agar ilmu yang ia peroleh dapat bermanfaat. Misalnya dengan cara mengajar atau mengamalkan pengetahuanya untuk hal-hal yang bermanfaat.

  • Penyikapan terhadap Perkembangan IPTEK

Setiap manusia diberikan hidayah dari Allah SWT berupa “alat” untuk mencapai dan membuka kebenaran. Hidayah tersebut adalah :

  • indera, untuk menangkap kebenaran fisik,
  • naluri, untuk mempertahankan hidup dan kelangsungan hidup manusia secara probadi maupun sosial
  • pikiran dan atau kemampuan rasional yang mampu mengembangkan kemampuan tiga jenis pengetahuan akali (pengetahuan biasa, ilmiah dan filsafi). Akal juga merupakan penghantar untuk menuju kebenaran tertinggi
  • imajinasi, daya khayal yang mampu menghasilkan kreativitas dan menyempurnakan pengetahuannya
  • hati nurani, suatu kemampuan manusia untuk dapat menangkap kebenaran tingkah laku manusia sebagai makhluk yang harus bermoral.

Dalam menghadapi perkembangan budaya manusia dengan perkembangan IPTEK yang sangat pesat, dirasakan perlunya mencari keterkaitan antara sistem nilai dan norma-norma Islam dengan perkembangan tersebut. Menurut Mehdi Ghulsyani (1995), dalam menghadapi perkembangan IPTEK ilmuwan muslim dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok:

  1. Kelompok yang menganggap IPTEK moderen bersifat netral dan berusaha melegitimasi hasil- hasil IPTEK moderen dengan mencari ayat-ayat Al-Qur’an yang sesuai;
  2. Kelompok yang bekerja dengan IPTEK moderen, tetapi berusaha juga mempelajari sejarah dan filsafat ilmu agar dapat menyaring elemen-elemen yang tidak islami,
  3. Kelompok yang percaya adanya IPTEK Islam dan berusaha membangunnya.

Untuk kelompok ketiga ini memunculkan nama Al-Faruqi yang mengintrodusir istilah “islamisasi ilmu pengetahuan”. Dalam konsep Islam pada dasarnya tidak ada pemisa han yang tegas antara ilmu agama dan ilmu non-agama. Sebab pada dasarnya ilmu pengetahuan yang dikembangkan manusia merupakan “jalan” untuk menemukan kebenaran Allah itu sendiri. Sehingga IPTEK menurut Islam haruslah bermakna ibadah. Yang dikembangkan dalam budaya Islam adalah bentuk-bentuk IPTEK yang mampu mengantarkan manusia meningkatkan derajat spiritialitas, martabat manusia secara alamiah. Bukan IPTEK yang merusak alam semesta, bahkan membawa manusia ketingkat yang lebih rendah martabatnya.

Dari uraian di atas “hakekat” penyikapan IPTEK dalam kehidupan sehari-hari yang islami adalah memanfaatkan perkembangan IPTEK untuk meningkatkan martabat manusia dan meningkatkan kualitas ibadah kepada Allah SWT. Kebenaran IPTEK menurut Islam adalah sebanding dengan kemanfaatannya IPTEK itu sendiri.

Manfaat Ilmu Dan Teknologi dalam Islam

  1. Mendekatkan pada kebenaran Allah dan bukan menjauhkannya
  2. Dapat membantu umat merealisasikan tujuan-tujuannya (yang baik),
  3. Dapat memberikan pedoman bagi sesama,
  4. Dapat menyelesaikan persoalan umat. Dalam konsep Islam sesuatu hal dapat dikatakan mengandung kebenaran apabila ia mengandung manfaat dalam arti luas.

Konsep Ilmu Dan Teknologi dalam Islam

Ilmu dan pengetahuan tidak memikul tanggung jawab secara penuh untuk menurunkan nilai manusia, mengurangi rasa kemanusiaannya dan kebaikan manusia tertentu, sepanjang kesehatan dan kemampuan manusia untuk berfikir menjadi begitu rapuh, dari pada ketidak benaran para orang-orang yang tidak bertanggung jawab yang menyebabkan ilmu tersebut berkembang dalam areal yang matrealistis dan membiarkan semua itu dieksploitasi oleh kelompok-kelompok yang tidak bertanggung jawab. Banyak keadaan yang menghawatirkan yang mungkin tidak terjadi jika orang orang yang memiliki ilmu benar-benar menjaga kesadaran dari tanggung jawab sosialnya.

Jika ilmu pengetahuan benar langsung berasal dari kepandaian manusia yang mengarah pada keabadian tanpa mengharapkan imbalan materi, melakukan nya dengan senang hati dan penelitian detail atau keberadaan sesuatu untuk menemukan kebenaran yang mutlak dan mengikuti metode yang ditentukan untuk mencapai suatu tujuan , apa yang bisa kita katakan tentang ilmu modern yang tidak bisa memenuhi harapan kita.

Jika belajar tanpa prasangka (asumsi) dan konsep awal, Al-Quran menunjukan kalau Al-Quran menyatakan tentang kecintaan atas pengetahuan dan kemanusiaan, hukum dan perintah/aturan. Al-Quran penuh dengan ayat-ayat himbauan kepada kita untuk mempelajari alam, yang nampak sebagai tempat untuk menunjukan hasilkarya illahi. Al –Quran juga menyarankan kita mempertimbangkan antara ciptaan dan yang diciptakan, melaksanakan aturan-aturan dengan sebaik baiknya dan menggunakannya pada setiap hal yang membawa manfaat bagi semua orang.  Menurut Islam semua hal utama yang berkaitan dengan pencarian ilmu pengetahuan dengan kepercayaan,cinta dan sikap mendahulukan kepentikangn umum. Kemanusiaan sudah tampak dalam praktek yang ideal, contoh kehidupan dari Nabi Muhammad SAW dan petunjuk dari semua utusan yang semua sikap dan tingkah lakunya patut diikuti.

Jadi sebenarnaya apa yang ditakuti dari suatu ilmu pengetahuan? Rencana tingkah laku yang berdasarkan pada pengetahuan terkadang menyebabkan hasil yang tidak baik. Tentunya ketidak tahuan dan ketidak organisasian selalu membawa dampak yang buruk. Bertolak dari hasil ilmu pengetahuan dan teknologi. Kita harus bias menggunakan hasil tersebut untuk kebahagiaan manusia. Disinilah yang menjadi masalah utama, karena kita tidak bisa melawan waktu atau menghapuskan bom nuklir dan bom air yang merupakan hasil dari ilmu pengetahuan.

Meskipun pengetahuan bisa menjadikan senjata yang membahayakan dalam tangan kelompok kelompok yang tidak bertanggung jawab kita tidak boleh ragu untuk mengambil keduanya dan hasilnya dan kemudian meggunakannya guna membangun peradaban dimana kita bisa membangun kebahagiaan kita di dunia ini dan di dunia mendatang. Tidak ada gunanya jka tidak setuju dengan adanya mesin dan pabrik karena mesin dan pabrik akan tetap beroprasi. Ilmu dan hasilnya akan memberikan manfaat bagi kita jika kebenaran dan kepercayaan orang mulai langsung berkaitan dengan masalah yang kita miliki.

Kita tidak pernah merasa bahaya dengan adanya senjata yang dipegang oleh seorang malaikat. apapun yang terjadi semua kita percaya memang itu mungkin ada baiknya. situasi seperti ini berlangsung sampai kita membangun fondasi iman dan ilmu.

Kontribusi Iptek Bagi Dakwah Islam

Kontribusi adalah kesejahteraan dan kemakmuran material (fisikal) yang di hasilkan oleh perkembangan iptek moderen membuat orang mengagumi meniru gaya hidup peradaban orang barat samapidi barengi sikap kritis terhadap segala dampak negatif yang diakibatkannya, bukan hanya bidang iptek saja tetapi dalam bidang seni juga.

Dalam kontribusi iptek dalam dakwah islam banyak memberikan perkembangan di dalam dakwahnya, misalnya pada jaman dahulu ketika para ulama di pulau jawa menyebarkan ajaran agama Islam mereka menyebarkan dakwahnya melalui kesenian wayang yang isinya tentang ajaran-ajaran agama Islam.

Pada saat ini kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sudah sangat maju, di buktikan dengan adanya penemuan-penemuan baru yang fungsinya untuk memudahkan segala aktifias manusia, begitu juga kemudahan dalam derdakwah bagi para ulama. Ada banyak hal yang sudah dihasilkan oleh teknologi untuk dakwah Islam sebagai bagian dari integrasi itu sendiri, Al Quran digital, akses hadist shahih yang bisa dilakukan dimana saja,silahturahmi yang tidak pernah putus karena sudah ada HP, jejaring sosial dan sebagainya. Bahkan media pembelajaran yang menyenangkan dengan menggunakan game untuk memperdalam ilmu Islam itu sendiri.

Contok-contoh Kontribusi Iptek bagi dakwah Islam

  • Perkembangan busana muslim seperti jilbab
  • Media dakwah di televisi, internet, koran, dan majalah
  • Penggunaan internet, blog, dan situs Islami sepertisuara Islam, Muslim