Pengertian dan Tujuan Akhlak kepada Allah dan Makhluk

Diposting pada

pengertian-akhlak

Pengertian Akhlak

Dalam etimologi arti akhlak adalah kebiasaan atau perbuatan. Akhlak sering diartikan dengan budi pekerti atau kelakuan. Kata akhlak atau yang dikenal dengan “akhlaq” dalam bahasa Arab, di artikan sebagai perangai, tabiat, kebiasaan, dan bahkan diartikan sebagai agama

MenurutProf. Dr. Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak adalah kebiasaan, kehendak.Di dalam Ensiklopedi pendidikan bahwa akhlak adalah budi pekerti, watak, kesusilaan yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap khaliknya dan terhadap sesama manusia.

Sedangkan akhlak menurut Iman Al-Ghozaly, Akhlak ialah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan-pertimbangan.

Jadi pada hakekatnya Akhlak ialah suatu kondisi atau sifat yang telah menetap dalam jiwa dan kepribadian hingga dari situ timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa pemikiran.

Walaupun kata akhlak merupakan kata yang berasal dari Bahasa Arab, akan tetapi kata akhlak itu sendiri tidak terdapat di dalam Al-Qur’an. Kata akhlak sering dijumpai di dalam hadits. Satu-satunya kata yang memiliki makna hamper sama dengan akhlak dalam Al-Quran yaitu kata “khuluq” yang tercantum pada surah al-Qalam ayat 4 yang berbunyi:

“Wa innaka la’ala khuluqin ‘adzim”

Artinya:
“Sesungguhnya engkau (Muhammad) berada di atas budi pekerti yang agung.” Dalam hadits yang sangat populer yaitu hadits riwayat Malik yang menyebutkan akhlak

“Innama bu’itstu liutammima makarima al akhlagi”,

Artinya:
“Bahwasanya Aku (Muhammad) diutus menjadi Rasul tak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak mulia.”
Dalam perjalanan keilmuan selanjutnya, dikenallah istilah-istilah yang merupakan penjabaran dari akhlak seperti adab (tatakrama), moral, etika, dan karakter. Yang mana kata-kata tersebut masing-masing memiliki definisi atau makna yang berbeda-beda.

Menurut Imam Gazali, akhlak merupakan keadaan yang bersifat batin yang mana dari sanalah lahir perbuatan dengan mudah tanpa dipikir dan tanpa dihitung resikonya.

Al khuluqu haiatun rasikhotun tashduru ‘anha al afal bi suhulatin wa yusrin min ghoiri hqjatin act_ fikrin wa ruwiyyatin”.

Sedangkan ilmu akhlak merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang baik dan buruk suatu perbuatan. Dari definisi tersebut, maka dapat kita simpulkan dan kita pahami bahwa istilah akhlak yaitu netral, artinya terdapat akhlak yang terpuji (Al akhlaq al mahmudah) dan terdapat juga akhlak yang tercela (Al akhlaq al mazmumah). Ketika kita berbicara mengenai nilai baik dan buruk maka timbullah persoalan mengenai konsep baik dan buruk tersebut. Nah, dari sinilah selanjutnya terjadi perbedaan konsep antara akhlak dan etika.

Etika (ethica) juga berbicara mengenai hal baik dan buruk. Akan tetapi, konsep baik dan buruk dalam etika bersumber pada suatu kebudayaan, sedangkan konsep baik dan buruk dalam ilmu akhlak bersumber atau berdasarkan pada konsep wahyu, walaupun akal juga memiliki kontribusi dalam menentukan baik dan buruk tersebut.

Dari segi inilah, maka di dalam etika dikenal dengan adanya etika barat dan etika timur serta etika yang lainnya. Sedangkan, al akhlaq al karimah tidak mengenal adanya konsep regional tersebut, walaupun terdapat perbedaan pendapat yang tidak dapat dihindarkan. Etika juga sering didefinisikan dengan norma-norma kepantasan atau yang sering disebut etiket, yang mana dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah adab ataupun tatakrama.

Sedangkan untuk kata moral lebih sering digunakan juga untuk menggantikan kata akhlak ataupun kata etika. Akan tetapi, lebih pada sikap seseorang terhadap suatu nilai, sehingga moral sering dikaitkan dengan perilaku susila atau kesusilaan. Jika etika itu masih terdapat dalam tataran konsep maka moral terdapat pada tataran terapan. Jika dilihat dari segi akhlak, moral maupun etika seseorang, maka harus kita bedakan antara perbuatan yang bersumber dari karakter kepribadian seseorang tersebut dan perbuatan yang bersifat temperamental.

Temperamen adalah suatu corak reaksi seseorang terhadap berbagai rangsangan yang berasal dari dalam diri sendiri maupun yang berasal dari lingkungannya. Temperamen sangat berkaitan erat dengan kondisi biopsikologi seseorang. Oleh karena itu, sangatlah sulit untuk dapat diubah ataupun berubah. Sementara karakter berhubungan erat dengan penilaian baik dan buruknya tingkah laku seseorang yang didasari oleh bermacam-macam tolok ukur yang dianut suatu masyarakat.


Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Sejarah dan Teori Masuknya Islam Ke Indonesia


Akhlak Menurut Para Ahli

  • Menurut Wikipedia
    Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik. Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab yang berarti perangai, tingkah laku, atau tabiat.
  • Menurut Ibnu Maskawaih :
    Menurutnya akhlak ialah “hal li nnafsi daa’iyatun lahaa ila af’aaliha min ghoiri fikrin walaa ruwiyatin” yaitu sifat yang tertanam dalam jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
  • Menurut Abu Hamid Al Ghazali :
    Akhlak ialah sifat yang terpatri dalam jiwa manusia yang darinya terlahir perbuatan-perbuatan yang dilakukan dengan senang dan mudah tanpa memikirkan dirinya serta tanpa adanya renungan terlebih dahulu.
  • Menurut Ahmad bin Mushthafa :
    Akhlak merupakan sebuah ilmu yang darinya dapat diketahui jenis-jenis keutamaan, dimana keutamaan itu ialah terwujudnya keseimbangan antara tiga kekuatan yakni kekuatan berpikir, marah dan syahwat atau nafsu.
  • Menurut Muhammad bin Ali Asy Syariif Al Jurjani :
    Akhlak merupakan sesuatu yang sifatnya (baik atau buruk) tertanam kuat dalam diri manusia yang darinyalah terlahir perbuatan-perbuatan dengan mudah dan ringan tanpa berpikir dan direnungkan.

Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Rukun Iman Yang Wajib Diketahui Umat Islam


Syarat dan Pembagian Akhlak

Suatu perbuatan baru dapat disebut sebagai cerminan akhlak, jika memenuhi syarat :

  • Dilakukan berulang-ulang sehingga hampir menjadi suatu kebiasaan.
  • Timbul dengan sendirinya, tanpa pertimbangan yang lama dan di pikir-pikir terlebih dahulu.

Secara garis besarnya akhlak dibagi dua, yaitu :

  • Akhlak terhadap Allah SWT.
  • Akhlak terhadap makhluk (semua ciptaan Allah SWT.)

Akhlak terhadap makhluk dapat dibagi dua, yaitu :

  • Akhlak terhadap manusia
  • Akhlak terhadap bukan manusia

Akhlak terhadap manusia dibagi dua, yaitu :

  • Akhlak terhadap diri sendiri
  • Akhlak terhadap orang lain

Akhlak terhadap bukan manusia dibagi dua, yaitu :

  •  Akhlak terhadap makhluk hidup bukan manusia, seperti akhlak terhadap tumbuh-tumbuhan (flora) dan hewan (fauna)
  • Akhlak terhadap makhluk (mati) bukan manusia, seperti akhlak terhadap tanah, air, udara dsb. Akhlak terhadap manusia dan bukan manusia, kini disebut akhlak terhadap lingkungan hidup.

Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Pengertian Haji, Hukum, Syarat wajib, Rukun, Larangan | Ayoksinau.com


Tujuan Akhlak

Akhlak bertujuan untuk  menjadikan manusia sebagai makhluk yang lebih tinggi dan sempurna, dan membedakannya dari makhluk-makhluk yang lainnya. Menjadi suatu hal yang harus dimiliki oleh manusia agar lebih baik dalam berhubungan baik sesama manusia apalagi kepada Allah sebagai pencipta.

Sedangkan pelajaran akhlak atau ilmu akhlak bertujuan mengetahui perbedaan-perbedaan perangai manusia yang baik dan buruk, agar manusia dapat memegang dengan perangai-perangai yang baik dan menjauhkan diri dari perangai-perangai yang jahat, sehingga terciptalah tata tertib dalam pergaulan masyarakat. Yang hendak dikendalikan oleh akhlak ialah tindakan lahir manusia, tetapi karena tindakan lahir itu tidak akan terjadi jika tidak didahului oleh gerak-gerik bathin, yaitu tindakan hati, maka tindakan bathin dan gerak-gerik hati pun termasuk lapangan yang diatur oleh akhlak manusia.

Jika setiap orang dapat menguasai tindakan bathinnya, maka dapatlah ia menjadi orang yang berakhlak baik. Tegasnya baik-buruk itu tergantung kepada tindakan hatinya. Dalam hadits Arba’in An Nawawi dituliskan bahwa Rasulullah SAW  bersabda yang artinya: “Dan ketahuilah bahwasannya, didalam tubuh itu ada segumpal daging yang apabila baik, maka baik pula amalnya, dan apabila buruk, maka buruk pula amalnya, dan ketahuilah bahwa ia adalah hati”.

Hadits ini dengan jelas menerangkan, bahwa hati adalah bagian terpenting dari tubuh manusia, sehingga apapun yang direncanakan oleh hati sejatinya akan sangat berpengaruh pada perbuatan yang akan dilakukan oleh pemiliknya. Dalam hal ini dapatlah diibaratkan bahwa jasad itu bagaikan pemerintahan dalam diri kita, sedangkan hati menjadi pusat pemerintahan.

Seseorang yang mempunyai hati dan pendirian yang kuat, meskipun badannya tidak sekuat hatinya, lebih diharapkan akan memperoleh hasil pekerjaannya daripada seseorang yang berbadan kuat tetapi hatinya lemah.


Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Sejarah Nabi Ibrahim Yang Wajib Anda Tahu | Ayok Sinau


Fungsi Kedudukan Akhlak

Beberapa keutamaan mempunyai akhlak yang terpuji atau akhlaqul karimah diantaranya adalah :

  1. Berat Timbangannya Di Akhirat
    Disebutkan dalam sebuah hadits bahwa orang yang mempunyai akhlak terpuji akan mempunyai timbangan yang berat di hari akhir kelak dimana semua amal manusia akan dihisab. ?Tidak ada sesuatu yang diletakkan pada timbangan hari kiamat yang lebih berat daripada akhlak yang mulia, dan sesungguhnya orang yang berakhlak mulia ini dapat mencapai derajat orang yang berpuasa dan shalat?.
  2. Dicintai Rasulallah
    Rasulullah SAW diutus kedunia tidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia, maka dari itu Rasulullah akan mencintai manusia yang berakhlak baik. ?Sesungguhnya yang paling aku cintai dari kalian dan yang paling dekat tempatnya dariku di hari kiamat adalah yang paling mulia akhlaknya, dan yang paling aku benci dari kalian dan yang paling jauh tempatnya dariku di hari kiamat adalah yang banyak bicara, angkuh dalam berbicara, dan sombong?.
  3. Mempunyai Kedudukan Yang Tinggi
    Seseorang yang mempunyai akhlak terpuji dan budi pekerti yang baik akan mempunyai kedudukan yang tinggi di akhirat kelak sebagaimana disebutkan dalam HR Ibnu Majah dan Ath-Tabrani.
  4. Dijamin rumah di Surga
    Mempunyai akhlak yang mulia sangatlah penting bagi seorang muslim. Keutamaan mempunyai akhlak yang mulia sangat besar, salah satunya adalah adanya jaminan imbalan sebuah rumah di Surga bagi kaum muslim yang berakhlak mulia sebagaimana sabda Rasulullah SAW, yang intinya bahwa akan dibuatkan rumah di tepi surga bagi orang yang meninggalkan debat walaupun orang tersebut benar, akan dibuatkan rumah di tengah surga bagi orang yang tidak suka berbohong meskipun hanya bercanda serta rumah di atas surga bagi orang yang berakhlak mulia.

Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Sejarah Singkat Nabi Muhammad Yang Patut Dikenang dan Diteladani

Macam dan Jenis Akhlak

Akhlak terpuji (al-akhlaaqul mahmuudah)

Yaitu perbuatan baik terhadap Allah, sesama manusia, dan makhluk-makhluk yang lain. Berikut ini contoh akhlak terpuji :

  1. Berbakti kepada kedua orang tua
  2. Menghormati tetanggga dan tamu
  3. Berusaha menimbulkan rasa kasih sayang serta menarik simpati orang lain
  4. Memberikan sumbangan yang bersifat meringankan beban hidup orang-orang yang berhak menerimanya
  5. Membantu memudahkan urusan sesama manusia bagi yang berkemampuan

Akhlak tercela (al-akhlaaqul madzmuumah)

Yaitu, perbuatan buruk terhadap Allah, sesama manusia, dan makhluk-makhluk yang lain. Nerikut ini contoh-contoh akhlak tercela :

  1. Berdusta
  2. Mengumpat
  3. Mengadu domba
  4. Iri hati/dengki
  5. Congkak

Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Manfaat Solat Tahajud Yang Akan Anda Dapatkan Jika Rutin Mengerjakannya


Akhlak Kepada Allah

Akhlak kepada allah(Muamalat ma allah) dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk kepada tuhan sebagai khalik. Allah berfirman dalam Al-Qur’an “Tidak diciptakan Jin dan Manusia Melainkan untuk Beribadah”.

Ada empat alasan, sehingga manusia perlu berakhlak kepada allah swt yaitu :

Pertama karena allahlah yang menciptakan manusia.Dia yang menciptakan manusia dari air yang ditumpahkan keluar dari tulang punggung dan tulang rusuk hal ini sebagai mana di firmankan oleh Allah dalam surat at-Thariq ayat 5-7.

Artinya : (5) “Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan?, (6). Dia tercipta dari air yang terpancar, (7). yang terpancar dari tulang sulbi dan tulang dada.


Kedua karena allahlah yang telah memberikan kelengkapan panca indra, berupa pendengaran, penglihatan, akal pikiran dan hati sanubari.disamping anggota badan yang kokoh dan sempurna kepada manusia. Firman Allah dalam surat, an-Nahl ayat, 78.

Artinya: “Dan Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati, agar kamu bersyukur. ( Q.S an-Nahal : 78)


Ketiga allahlah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang diperlukan bagi kelangsungan hidupmanusia, seperti bahan makanan yang berasal dari tumbuh tumbuhan, air, udara, binatang ternak, dan lain lain. Firman Allah dalam surat al-Jatsiyah ayat 12-13.

Artinya (13) “Allah-lah yang menundukkan lautan untuk kamu supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya dengan seizin-Nya, supaya kamu dapat mencari sebagian dari karunia-Nya dan mudah-mudahan kamu bersyukur. (13), “Dan Dia menundukkan untuk kamu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) dari pada Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kamu yang berpikir.(Q.S al-Jatsiyah :12-13 ).


Keempat , allahlah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan menguasai daratan dan lautan. Firman Allah dalam surat Al-Israa’ ayat, 70.

Artinya:  “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak cucu Adam, Kami angkut mereka dari daratan dan lautan, Kami beri mereka dari rizki yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (Q.S al-Israa : 70).


Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Sejarah NU (Nahdlatul Ulama) di Nusantara | Ayok Sinau


Akhlak Terhadap Makhluk

Akhlak terhadap Rasulullah

Akhlak terhadap Rasulullah (Nabi Muhammad SAW.), diantaranya :

  • Mencintai Rasulullah SAW. secara tulus dengan mengikuti semua sunnahnya.
  • Menjadikan Rasulullah SAW. sebagai idola, suri teladan dalam hidup dan kehidupan.
  • Menjalankan apa yang disuruh-Nya, tidak melakukan apa yang dilarang-Nya.

Akhlak terhadap Orang Tua

Akhlak kepada orang tua didasarkan pada surat al-Isra ayat 23-24: Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah :’Wahai Rabbku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”.

Dari ayat di atas terlihat jelas bagaimana penting dan besarnya arti diri orang tua di sisi Allah SWT. Jika beribadah kepada Allah wajib maka berbakti kepada kedua orang tua juga wajib. Sebaliknya, kalau ingkar kepada-Nya adalah dosa besar, begitu pula durhaka kepada orang tua. Dan berbuat baik kepada orang tua bukan hanya semasa hidupnya akan tetapi sampai matipun anak tetap wajib berbakti kepada mereka.

Sekiranya suatu saat usia mereka sudah diambang senja, janganlah kita menghardik, mencaci, memukul, serta perbuatan-perbuatan keji lainnya, mengucapkan kata “ah” saja terlarang sebagaiman dalam ayat diatas apalagi perbuatan-perbuatan yang lebih daripada itu. Dan yang patut dilakukan adalah berbicara kepada mereka dengan lemah lembut, sikap rendah diri, suara tidak melebihi suara mereka, dan itu semua adalah ahlak utama seorang anak.

Abu Dawud meriwayat suatu hadis: “Bahwa seorang laki-laki yang berasal dari Yaman hijrah ke Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Salam. Ia berkata : ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku sekarang sudah hijrah!’ Beliau bertanya ‘Sudahkah mereka memberimu izin ?’ jawabnya : ‘Belum’ sabda Beliau, ‘Pulanglah dan minta ijinlah kamu kepada mereka. Kalau sekiranya mereka memberimu izin, silahkan berjuang. Tetapi kalau tidak, berbuat baiklah kamu kepada mereka.”

Di sini agama Islam meletakkan keagungan orang tua dihadapan anak-anaknya dalam rangka berbakti dan berjuang di jalan Allah. Bukan semata-mata jihad kemudian orang tua ditinggalkan begitu saja tanpa dimintai izin sama sekali. Bahakan berangkat ke medan peperangan dinomorduakan jika memang belum memenuhi kebaktiannya kepada orang tua. Dalam sebuah riwayat Imam Muslim disebutkan: “Rugilah, rugi sekali, rugi sekali, seseorang yang mendapati salah seorang dari kedua orang tuanya atau kedua-duanya sewaktu mereka sudah diambang senja, dan tidak memasukkan ia kedalam surga “

Sungguh sayang bahwa orang tua masih ada, apalagi sudah tua yang seharusnya dapat memasukkan dia kedalam surga, tetapi ternyata tidak dapat memasukkan dia ke dalam surga dikarenakan durhaka kepada mereka dan tidak berbakti kepada mereka. Betapa banyak manusia-manusia yang sampai begitu tega tidak menghormati orang tuanya bahkan memperlakukan mereka dengan perlakuan yang kasar dan menganggap mereka bagaikan pembantu rumah tangga yang siap melayani tuannya. Sungguh ironis sekali orang tua yang telah mendidik dan mengasuh anaknya dengan sekuat tenaga, ternyata sesudah besar begitu saja balas budinya.

Memperlakukan orang tua dengan baik termasuk amalan besar dan yang paling dicintai oleh Allah. Dari Abdullah bin Mas’ud: “Aku pernah bertanya kepada nabi Salallahu Alaihi Wa Salam: ‘Amal yang manakah yang paling dicintai oleh Allah ?’ Jawab beliau :’Shalat pada waktunya’. Aku bertanya lagi:’Kemudian amal apa ?’ Jawab beliau :’’Berbuat baik pada orang tua’. Aku bertanya kagi:’Sesudah itu amal apa?’ Jawab beliau :’Jihad di jalan Allah”(HR Bukhari Muslim).

Dalam hal berbuat kebaikan kepada orang tua, memang sepantasnya ibu lebih banyak dicurahkan. Ini mengingat kerja payahnya semenjak ia mengandung sampai melahirkan ditambah lagi memenuhi semua keperluannya tidak pernah merasa bosan dan lelah. Dari Abu Hurairah: “Telah datang seorang laki-laki menghadap Rasulullah Salallahu Alaihi Wa Salam lalu bertanya :’Wahai Rasulullah siapakah yang paling berhak aku pergauli dengan cara bagus ?’ Jawab beliau :’Ibumu!’. Kemudian ia bertanya lagi ‘Sesudah itu siapa?’ Jawab beliau :’Ibumu!’. ia bertanya lagi:’Sesudah itu siapa ?’ Jawab beliau :’Ibumu!’. Ia bertanya lagi :’Sesudah itu siapa?’ Jawab beliau :’Bapakmu!”(HR Bukhari Muslim

Dan termasuk dosa besar bila seorang anak berbuat durhaka kepada orang tuanya. Rasulullah bersabda: “Termasuk dosa besar ialah seorang yang mencaci maki orang tuanya. Seseorang lalu bertanya:’Mungkinkah ada seseorang mencaci maki orang tuanya?’ Jawab beliau :’Ada! Dia mencaci maki bapak seseorang lalu orang itu membalas memaki bapaknya. Dia mencaci maki ibu seseorang lalu orang itu membalas memaki ibunya”(HR Bukhari Muslim).

Namun bagaiman bila orang tua kita bermaksiat dan musyrik kepada Allah, apakah kita tetap harus berbuat baik terhadap mereka? Islam memang menganjurkan untuk berbuat baik kepada orang tua secara umum, tetapi perlu diingat jika orang tua memaksakan kehendaknya untuk bermaksiat kepada Allah, maka hendaknya ditolak dengan lemah lembut dan penuh kesopanan. Dalam surat Luqman ayat 15 dijelaskan: “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kamu kembali, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”

Nash Al-Qur’an tersebut diperkuat oleh hadis riwayat Imam Muslim: “Mendengar dan mentaati itu wajib bagi seorang muslim, menyangkut apa yang ia cintai maupun apa yang ia benci, selagi tidak disuruh untuk urusan maksiat. Kalau diperintah untuk maksiat maka tidak boleh mendengar dan tidak ada ketaatan”.

Contoh akhlak terhadap kedua orang tua adalah :

  • Mencintai mereka melebihi cinta kepada kerabat lainnya.
  • Merendahkan diri kepada keduanya diiringi perasaan kasih sayang.
  • Berkomunikasi dengan orang tua dengan hikmat, mempergunakan kata-kata lemah lembut.
  • Berbuat baik kepada bapak-ibu dengan sebaik-baiknya, dengan mengikuti nasehat baiknya, tidak menyinggung perasaan dan menyakiti hatinya, membuat bapak-ibu ridha.
  • Mendo’akan keselamatan dan keampunan bagi mereka kendatipun seorang atau kedua-duanya telah meninggal dunia.

Akhlak terhadap Diri Sendiri

Akhlak terhadap Diri Sendiri, diantaranya :

  1. Memelihara kesucian diri.
  2. Menutup aurat (bagian tubuh yang tidak boleh kelihatan, menurut hukum dan akhlak Islam).
  3. Jujur dalam perkataan dan berbuat ikhlas serta rendah diri.
  4. Malu melakukan perbuatan jahat.
  5. Menjauhi dengki dan menjauhi dendam.
  6. Berlaku adil terhadap diri sendiri dan orang lain.
  7. Menjauhi segala perkataan dan perbuatan sia-sia.

Akhlak terhadap Keluarga

  • a. Sering bersilaturahim ke kerabat
    Tidak kurang banyaknya dalil yang menganjurkan silaturahim kepada kerabat dekat baik dari al-Qur’an ataupun hadis Rasulullah Saw. Allah berfirman: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri”, (Q.S. an-Nisa’: 36) Sedangkan dalam hadis Rasulullah Saw. dikatakan, “Barang siapa yang ingin dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan usianya, maka hendaknya dia menyambung tali silaturrahim.” (H.R. al-Bukhari dan Muslim)
  • b. Mengetahui silsilah atau nasab kerabat
    Pentingnya mengetahui dan menelusuri jalur nasab ini, pernah ditegaskan oleh Rasulullah saw.,”Pelajarilah nasab agar kamu dapat mengeratkan tali persaudaraanmu. Sebab bersilaturahim dapat menumbuhkan rasa cinta kasih dalam kekeluargaan, menambah kelapangan rizki, dan memperpanjang umur” (H.R al-Tirmidzi)
  • c. Berbuat baik kepada kerabat
    Menyinggung masalah tersebut, Allah menegaskan demikian: “Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: “Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan.” dan apa saja kebaikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha mengetahuinya” (QS al-Baqarah: 215)
  • d. Berlaku adil
    Walaupun Islam mengajarkan perhatian penuh dan berbuat baik kepada kerabat, tetapi sebagai perimbangan, Islam juga menyerukan kepada kita untuk berlaku adil kepada kerabat.Artinya, kalau memang kerabat kita berbuat salah sudah selayaknya kita berlakukan hukum dengan semestinya. Bukan perbuatan yang benar kalau kita membela mati matian kerabat dengan mencari kambing hitam kepada orang lain karena kedekatan kita dengannya. Allah menggariskan kepada kita perlakuan adil, bahkan kepada orang terdekat sekalipun dalam ayat: “Dan apabila kamu berkata, Maka hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun ia adalah kerabat(mu), dan penuhilah janji Allah yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat” (Q.S. al-Anam: 152).

Akhlak terhadap Tetangga

  1. Mengenal tetangga
    Kita sebagai orang yang hidup dalam sebuah komunitas masyarakat perkotaan akan dihadapkan pada kenyataan kehidupan yang individualistik. Hidup sendiri-sendiri, tidak saling mengenal.Dalam konteks seperti ini, tidak mengherankan bila kemudian antartetangga tidak saling mengenal.Karena mereka sibuk dengan urusan masing-masing. Padahal masalah bertetangga ini bagi seorang muslim sangatlah krusial. Tidak bisa dipandang sebelah mata. Hadis Rasulullah saw. di atas yang menganalogikan hubungan tetangga dengan hubungan saudara patut kita renungkan bersama. Karena itu, sudah sepantasnya kita pun senantiasa bisa minimal mengenal tetangga dan bersilaturahim padanya. Himbauan untuk saling mengenal ini termaktub secara eksplisit dalam Al-Qur’an: “Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS al-Hujurat [49]:13)
  2. Berbuat baik kepada tetangga
    Dalam hal ini, Rasulullah Saw. bersabda, “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat, maka janganlah menyakiti tetangganya. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat, hendaknya dia berkata benar atau diam saja.” (H.R. al-Bukhari)
    Sabda Rasulullah saw. di atas merupakan pelajaran berharga kepada kita semua. Salah satunya, perlakuan kita terhadap tetangga akan mendatangkan tindakan serupa dari pihak tetangga. Kalau kita memperlakukan tetangga dengan baik, maka mereka pun akan memperlakukan kita dengan baik, dan bahkan bisa lebih baik lagi. Nyaris tidak mungkin, bila kita menumpahkan kebaikan, namun mereka malah membalasnya dengan keburukan. Akan tetapi, jika kita memperlakukan mereka dengan buruk dan jahat, maka jangan harap mereka akan memperlakukan kita dengan baik. Artinya perbuatan kita kepada mereka akan terefleksi pada perbuatan mereka kepada kita. Apa yang kita tabur, maka itulah yang akan kita panen.
  3. Menjaga hubungan baik dengan tetangga
    Perilaku ini juga ditegaskan oleh Rasulullah Saw dalam sabdanya, “Apakah kamu mengetahui hak tetangga?Hak tetangga adalah jika dia meminta pertolongan kepadamu, maka kamu menolongnya.Jika dia ingin meminjam sesuatu darimu, maka engkau pun meminjaminya.Jika dia berhajat, kamu membantunya.Apabila dia sakit, kamu menjenguknya.Apabila dia mati, kamu mengiring jenazahnya. Jika dia mendapatkan karunia nikmat, kamu memberikan salam atau selamat kepadanya. Jika dia mendapat bencana, kamu hibur batinnya. Jangan engkau meninggikan rumahmu melebihi rumahnya, sehingga menghalanginya dari mendapatkan angin segar kecuali dengan izinnya. Dan jika kamu membeli buah-buahan, maka hadiahkanlah kepadanya.Dan kalau tidak bisa menghadiahkan, maka masukkan buah-buaban itu ke rumah dengan sembunyi-sembunyi.Dan janganlah anak-anakmu itu membawa keluar buah-buahan itu untuk memanaskan hati anak tetanggamu.Dan janganlah kamu menyakitinya dengan bau periukmu, kecuali memberikan barang sedikit kepadanya.” (HR. al-Kharaiti)
  4. Memberikan rasa aman kepada tetangga
    Hal ini juga ditandaskan oleh Rasulullah Saw.dalam sabdanya, “Demi Allah, tidak Islam seorang hamba sehingga selamat semua orang dan gangguan hati tangan dan lisannya. Dan tidak beriman seorang hamba sehingga aman tetangganya dari gangguannya”.Sahabat bertanya, “Apakah gangguan-gangguan itu, wahai Rasulullah Saw?’Beliau bersabda, “Tipuan dan aniaya.” (H.R. Abu al-Laits as-Samarkandi)
    Dalam hadis lain, Rasulullah saw. juga mengecam keras siapa pun yang mengganggu tetangganya sehingga tetangganya seolah tidak memiliki rasa aman dalam kehidupannya sehari-hari, “Demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman, dan demi Allah tidak beriman”. Para sahabat bertanya, “Siapakah yang tidak beriman itu, ya Rasulullah?’Beliau menjawab, “Dialah orang yang para tetangganya tidak merasa aman dari gangguannya” (HR. al-Bukhari dan Muslim).
  5. Bersabar terhadap perilaku tetangga yang kurang baik
    Dalam kehidupan bertetangga sepatutnya masing-masing tetangga bisa memosisikan dirinya secara tepat dan baik.Seorang tetangga mestinya bisa berlaku baik kepada tetangganya.Kebaikan dari seorang tetangga seharusnya dibalas dengan kebaikan pula. Air susu dibalas air susu. Begitu pula, jika tetangga berwatak tercela, mayoritas pembalasan dari tetangga pun juga tercela. Air tuba dibalas air tuba. Akan tetapi alangkah paling baik kalau kita sebagai seorang muslim bisa membalas air tuba dengan air susu.

Akhlak terhadap Kawan

  • Mengasihi dan berbuat baik kepada teman
    Allah berfirman: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (Q.S. an-Nisa’: 36)
  • Saling menasehati
    Allah berfiman: “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian.Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”(Q.S. al-‘Ashr: 1-3)
  • Membantu teman.
    Tidak selamanya orang itu berada dalam kondisi kecukupan dan kelebihan. Suatu masa dia pasti mengalami kekurangan yang membutuhkan uluran tangan orang lain. Maka, di sini peran teman lainnya sangat dibutuhkan. Entah itu bantuan berupa materi seperti uang, misalnya, ataupun bantuan nonmateri seperti dorongan dan dukungan ataupun doa. Akhlak Islam juga mengajarkan bahwa orang yang susah harus dibantu dengan sekuat tenaga.
  • Kesetiakawanan
  • Mendamaikan teman yang sedang berselisih
    Dalam kitab Riyad ash-Salihin, Rasulullah Saw bersabda: “Setiap orang yang mendamaikan orang lain yang berseteru, maka baginya pahala sedekah setiap hari pada saat matahari terbit di mana dia bisa mengkompromikan antara dua orang dengan adil” (HR. al-Bukhari dan Muslim).
  • Toleransi kepada teman
    Dalam konteks kehidupan bermasyarakat di Indonesia yang begitu majemuk, tidak semua teman yang kita punya tergabung dalam satu agama dengan kita.Adakalanya teman kita juga berasal dari orang yang tidak satu agama. Dalam hal ini Islam menggariskan akhlak toleransi kepada teman yang tidak muslim, karena memang agama itu tidak dapat dipaksakan kepada orang lain. Masing-masing orang mempunyai hak untuk memilih agama sekehendak hatinya. Allah berfirman: “Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku” (Q.S. al-Kafirun: 6)

Akhlak terhadap Masyarakat

  1. Memuliakan tamu.
  2. Menghormati nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat bersangkutan.
  3. Saling menolong dalam melakukn kebajikan dan taqwa.
  4. Menganjurkan anggota masyarakat termasuk diri sendiri berbuat baik dan mencegah diri sendiri dan orang lain melakukan perbuatan jahat (mungkar).
  5. Memberi makan fakir miskin dan berusaha melapangkan hidup dan kehidupannya.
  6. Bermusyawarah dalam segala urusan mengenai kepentingan bersama.
  7. Mentaati putusan yang telah diambil.
  8. Menunaikan amanah dengan jalan melaksanakan kepercayaan yang diberikan seseorang atau masyarakat kepada kita.
  9. Menepati janji.

Akhlak terhadap Non-Muslim

  1. Menghormati keyakinan non muslim.
  2. Larangan menghina sesembahan non muslim.
  3. Toleransi pada keyakinan masing-masing.
  4. Tolong menolong dan bekerja sama dengan non muslim.
  5. Senantiasa berbuat adil.
  6. Larangan menzalimi dan melanggar hak non muslim.
  7. Mengunjungi non muslim yang sakit dan mendoakannya.
  8. Menghormati jenazah non muslim.

Daftar Pustaka

  • Ilyas,Yunahar, Prof. Dr. M.A.2008.Kuliah Akidah, Kuliah Akhla.Yogyakarta:Belukar.
  • Azmi, Muhammad.2006.Pembinaan Akhlak Anak Usia Pra Sekolah.Yogyakarta:Belukar.
  • Kahar, Masyhur.1985.Membina Moral Dan Akhlak.Jakarta:Kalam Mulia.
  • Mth, Asmuni.1999.Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur’an.Jakarta:Kalam Mulia.
  • Syamsuri, Drs, H.2006.Pendidikan Agama Islam SMA Jilid 2 Kelas XI.Jakarta:Erlangga.
  • Manan, Abdul, DKK.2009.Lembar Kerja Siswa Pendidikan Agama Islam SMA Kelas XI.Surabaya:Cipta Sikan Kenjtana.