Pengertian dan Tujuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

Diposting pada

Pengertian-Masyarakat-Ekonomi-ASEAN

Pengertian Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) adalah integrasi kawasan ASEAN dalam bidang perekonomian. Pembentukan MEA dilandaskan pada empat pilar. Pertama, menjadikan ASEAN sebagai pasar tunggal dan pusat produksi. Kedua, menjadi kawasan ekonomi yang kompetitif. Ketiga, menciptakan pertumbuhan ekonomi yang seimbang, dan pilar terakhir adalah integrasi ke ekonomi global.

Penyatuan ini ditujukan untuk meningkatkan daya saing kawasan, mendorong pertumbuhan ekonomi, menekan angka kemiskinan dan untuk meningkatkan standar hidup masyarakat ASEAN. Integrasi ini diharapkan akan membangun perekonomian ASEAN serta mengarahkan ASEAN sebagai tulang punggung perekonomian Asia.

Dengan dimulainya MEA maka setiap negara anggota ASEAN harus meleburkan batas teritori dalam sebuah pasar bebas. MEA akan menyatukan pasar setiap negara dalam kawasan menjadi pasar tunggal. Sebagai pasar tunggal, arus barang dan jasa yang bebas merupakan sebuah kemestian. Selain itu negara dalam kawasan juga diharuskan membebaskan arus investasi, modal dan tenaga terampil.

MEA atau Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah intergrasi ekonomi ASEAN dalam menghadapi perdagangan bebas antar sesama negara-negara ASEAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN atau yang disingkat dengan MEA memiliki tujuan untuk mengintegrasikan perekonomian ASEAN dengan cara membangun sistem perdagangan bebas antar negara-negara anggota ASEAN. MEA adalah singkatan yang hadir dalam kata bahasa indonesia tapi pada dasarnya MEA itu adalah singkatan dari AEC (ASEAN Economic Community). Seluruh negara anggota ASEAN termasuk negara Indonesia telah menyepakati suatu perjanjian Masyarakat Ekonomi ASEAN tersebut.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa MEA ialah sebuah sistem pasar bebas antara sesama negara anggota ASEAN yang menghilangkan pajak atau bea cukai serta kebebasan sebuah negara untuk memasukkan barangnya ke negara lainnya. Masyarakat Ekonomi ASEAN diawali dengan dilaksanakannya KTT di Kuala Lumpur yakni pada 1997 dimana para pemimpin ASEAN sepakat memutuskan untuk memajukan ASEAN dengan menjadi suatu kawasan makmur, stabil dan sangat bersaing dalam perkembangan ekonomi yang berlaku adil dan dapat mengurangi kesenjangan dan kemiskinan sosial ekonomi (ASEAN Vision 2020). Kemudian selanjutnya, pada KTT di Bali yakni pada Oktober pada tahun 2003, para pimpinan-pimpinan negara anggota  ASEAN menyepakati bahwa MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) akan dijadikan sebagai sebuah tujuan dari perilaku integrasi ekonomi regional di tahun 2020. Seluruh negara anggota ASEAN diharapkan dapat saling bekerja sama secara kuat dalam membangun MEA atau komunitas ASEAN di tahun 2020.

Selanjutnya pada bulan Agustus 2006 di Kuala Lumpur, Malaysia diadakan pertemuan dengan Menteri Ekonomi ASEAN. Para negara anggota ASEAN bersepakat untuk dapat memajukan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) dengan target yang jelas dan tersusun dalam hal pelaksanaannya. Pada Januari 2007 dilaksanakan pada KTT ASEAN yang ke-12. Para pemimpin negara mulai menyatakan komitmen mereka tentang percepatan pembentukan komunitas ASEAN di tahun 2015. Deklarasi CEBU yang telah ditandatangani dan berisi tentang percepatan dalam pembentukan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) di tahun 2015 dan untuk melakukan pengubahan ASEAN menjadi suatu daerah perdagangan yang bebas barang, jasa, tenaga kerja terampil, investasi, dan aliran modal yang lebih bebas lagi.


Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Negara Terbesar di Dunia dan Terluas


Pengaruh MEA terhadap SDM

Adanya MEA diharapkan dapat membuat perekonomian Indonesia menjadi lebih baik. Salah satunya pemasaran barang dan jasa dari Indonesia dapat memperluas jangkauan ke negara ASEAN lainnya. Pangsa pasar yang ada di Indonesia adalah 250 juta orang. Pada MEA, pangsa pasar ASEAN sejumlah 625 juta orang bisa disasar oleh Indonesia. Jadi, Indonesia memiliki kesempatan lebih luas untuk memasuki pasar yang lebih luas. Ekspor dan impor juga dapat dilakukan dengan biaya yang lebih murah. Tenaga kerja dari negara-negara lain di ASEAN bisa bebas bekerja di Indonesia. Sebaliknya, tenaga kerja Indonesia (TKI) juga bisa bebas bekerja di negara-negara lain di ASEAN.

Dampak terciptanya MEA adalah terciptanya pasar bebas di bidang permodalan, barang dan jasa, serta tenaga kerja. Konsekuensi atas kesepakatan MEA yakni dampak aliran bebas barang bagi negara-negara ASEAN, dampak arus bebas jasa, dampak arus bebas investasi, dampak arus tenaga kerja terampil, dan dampak arus bebas modal.

Dampak positif lainnya yaitu investor Indonesia dapat memperluas ruang investasinya tanpa ada batasan ruang antar negara anggota ASEAN. Begitu pula kita dapat menarik investasi dari para pemodal-pemodal ASEAN. Para pengusaha akan semakin kreatif karena persaingan yang ketat dan para professional akan semakin meningkatakan tingkat skill, kompetansi dan profesionalitas yang dimilikinya.

Kualitas sumber daya manusia merupakan faktor penentu keberhasilan pembangunan dan kemajuan suatu bangsa.Para tenaga kerja dari negara MEA yang memiliki kompetensi kerja yang lebih tinggi, tentunya akan memiliki kesempatan lebih luas untuk mendapatkan keuntungan ekonomi di dalam MEA. Dengan demikian, Indonesia harus berusaha dengan sunguh-sunguh untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan mengejar ketertinggalan dari negara-negara lain, khususnya di kawasan ASEAN.

Namun, selain peluang yang terlihat di depan mata, ada pula hambatan menghadapi MEA yang harus kita perhatikan. Pertumbuhan jumlah penduduk di indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat yang berarti jumlah angkatan kerja juga meningkat. Hal ini menimbulkan masalah ketenagakerjaan karena tidak seimbangannya antara permintaan dengan penawaran tenaga kerja dalam negeri. Liberalisme pasar bebas barang dan jasa akan memicu investasi dalam negeri dan menarik tenaga kerja asing ke Indonesia. Masuknya tenaga kerja asing ke Indonesia dimungkinkan dapat menjadi ancaman apabila tenaga kerja Indonesia tidak mempunyai daya saing yang sebanding.. Hal tersebut dapat di antisipasi dengan mengkorelasikan input penunjang tenaga kerja sehingga tenaga kerja Indonesia memiliki kesiapan mental dan kemampuan.

 Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Berbeda dengan sumber daya alam yang jumlahnya terbatas dan cenderung jumlahnya semakin berkurang., sumber daya manusia jumlahnya terus meningkat. Secara kuantitas, jumlah penduduk Indonesia memang jauh lebih banyak dibandingkan dengan negara-negara lain dalam ASEAN. Namun, persaingan secara kuantitas tidak akan memenangkan persaingan ketika kualitas masih jauh dibawahnya. Oleh karena itu, masalah tenaga kerja Indonesia bukan hanya menyangkut jumlah dan kesempatan kerja saja, melainkan juga kualitasnya yang masih rendah.

Meningkatkan kualitas sumber daya manusia harus diarahkan pada penguasaan IPTEK untuk menopang kegiatan ekonomi agar lebih kompetitif. Pemenuhan sumber daya manusia yang berkualitas dan unggul, karena menguasai IPTEK, akan berpengaruh terhadap struktur industri di masa depan. Dan apabila sasaran di atas bisa dipenuhi, akan semakin kuat basis industri yang sedang dibangun dan dikembangkan di Indonesia, yang pada gilirannya akan mendorong transformasi struktur ekonomi secara lebih cepat.


Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Pengertian Ekonomi Makro dan Mikro beserta Contoh


Tujuan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN)

Adapun tujuan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) adalah sebagai berikut:

  • Membangun suatu komunitas ekonomi tingkat ASEAN yaitu untuk negara-negara anggota ASEAN, untuk dijadikan sebagai suatu wadah integrasi ekonomi untuk kawasan ASEAN yang memiliki tingkat daya saing yang tinggi dan memiliki perekonomian yang makmur.
  • Mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan pengembangan kebudayaan khusus di wilayah ASEAN.

Secara umum MEA bertujuan untuk membentuk komunitas ekonomi tingkat regional antara sesama negara anggota ASEAN sebagai suatau integrasi ekonomi kawasan ASEAN yang stabil, makmur dan memiliki tingkat daya saing yang tinggi. Selain itu juga untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan pengembangan kebudayaan khususnya di wilayah ASEAN.


Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Penertian Kerjasama


Kesiapan Indonesia Menghadapi MEA

Penerapan MEA dilaksanakan pada tahun 2015 ini memberikan peluang yang sangat besar bagi negara-negara pesertanya khususnya negara Indonesia. Negara Indonesia selalu berusaha untuk selalu  mempersiapkan diri dalam menyikapi ME, hal ini dapat terlihat dari tingkat pembangunan dan perkembangan infrastruktur penting diantaranya pelabuhan dan bandara yang dibagung di berbagai tempat di seluruh bagian negara Indonesia.

Jika dilihat dari segi pendidikan dan tingkat daya serap teknologi masyarakat Indonesia yang masih rendah, Indonesia jelas masih tertinggal jauh. Sehingga membuat produk Indonesia masih kalah saing dengan produk negara Hi-tech industri di ASEAN untuk segi biaya dan kualitasnya.

Agar Indonesia mampu menghadapi pasar bebas, budaya apresiasi produk dalam negeri akan mendorong berkembangnya merek-merek dalam negeri maka dibutuhkan peran dari pemerintah agar mampu membangun kemandirian Bangsa Indonesia. Dengan adanya perbaikan segera di bidang Infrastruktur, Pendidikan, Teknologi dan Birokrasi maka diharapkan Indonesia akan mampu bersaing pada MEA tersebut.


Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Definisi Ekonomi Menurut Para Ahli | Ayoksinau.com


Strategi Pengembangan SDM untuk Menghadapi MEA

Strategi pengembangan SDM perlu dilakukan di era globalisasi seperti sekarang ini. Pengembangan SDM merupakan usaha yang dilakukan untuk membentuk manusia yang berkualitas dengan memiliki keterampilan, kemampuan kerja dan loyalitas kerja kepada suatu perusahaan ataupun organisasi. Era globalisasi seakan memberikan arus teknologi dan informasi serta mobilitas sumberdaya manusia dari satu tempat ke tempat lain. Strategi pengembangan SDM pada dasarnya tidak hanya melalui pendidikan dan pengembangan keterampilan, namun ada banyak cara untuk mengembangkannya. Strategi pengembangan SDM menurut Jons, 1928 dalam Sarwono, 1993, antara lain :

  • Melalui pelatihan
    Pelatihan bertujuan untuk mengembangkan individu dalam bentuk peningkatan keterampilan, pengetahuan dan sikap.
  • Pendidikan.
    Pengembangan SDM melalui pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja, dalam arti pengembangan bersifat formal dan berkaitan dengan karir.
  • Pembinaan.
    Pembinaan bertujuan untuk mengatur dan membina manusia sebagai sub sistem organisasi melalui program-program perencana dan penilaian, seperti man power planning, performance apparaisal, job analytic, job classification dan lain-lain.
  • Recruitment.
    Recruitment ini bertujuan untuk memperoleh SDM sesuai klasifikasi kebutuhan organisasi dan sebagai salah satu alat organisasi dalam pembaharuan dan pengembangan.
  • Melaluui Perubahan sistem.
    Perubahan sistem memiliki tujuan untuk menyesuaikan sistem dan prosedur organisasi sebagai jawaban untuk mengantisipasi ancaman dan peluang faktor eksternal.

Dalam pengembangan SDM tidak boleh dilakukan secara sembarangan karena hal ini menyangkut kualitas SDM untuk sebuah organisasi atau perusahaan. SDM yang berkualitas akan membantu perusahaan untuk dapat lebih berkembang dan mencapai tujuan perusahaan.

Pengembangan SDM tidak hanya dilakukan dikalangan masyarakat saja namun juga dilakukan di perusahaan dengan mengembangkan potensi karyawannya. Strategi pengembangan SDM yang dilakukan oleh perusahaan adalah :

  1. Memberi kesempatan kepada karyawan untuk menyalurkan ide dan gagasan.
    Perusahaan yang berkembang adalah perusahaan yang mau menerima ide dan gagasan dari para karyawannya. Dalam suatu perusahaan, karyawan juga berkontribusi dalam mengembangkan perusahaan atau sebagai roda penggerak suatu perusahaan.
    Karyawan juga butuh dihargai dengan menyediakan tempat untuk mencurahkan semua ide dan gagasan yang mereka punya. Tidak dipungkiri bahwa karyawan juga memiliki ide dan gagasan yang lebih fresh dan lebih potensial. Dengan memberikan kesempatan kepada karyawan untuk menyalurkan ide mereka, berarti membiarkan karyawan tersebut berkembang dan mengembangkan potensi yang mereka miliki.
    Hilangkan sikap otoriter yang tidak ingin mendengarkan ide, gagasan ataupun saran dari karyawannya karena hal tersebut hanya akan membuat karyawan menjadi tidak berkembang dan kurang produktif serta membentuk karyawan sebagai sebuah mesin untuk bekerja.
  2. Memberi penghargaan.
    Memberi penghargaan kepada karyawan merupakan salah satu strategi pengembangan SDM karena pemberian penghargaan merupakan satu bentuk apresiasi yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawannya. Dengan adanya pemberian penghargaan kepada karyawan berprestasi, hal tersebut akan membuat karyawan lainnya termotivasi untuk dapat menjadi lebih baik. Hal tersebut akan memberi kontribusi besar terhadap perusahaan dalam mengembangkan perusahaannya.
  3. Mengadakan pelatihan.
    Pelatihan dilakukan bukan semata-mata untuk pribadi karyawannya saja, namun juga perusahaannya. Perusahaan tidak akan berkembang tanpa karyawan yang memiliki keterampilan dan minat kerja yang tinggi. Dengan adanya pelatihan, diharapkan mampu menggali potensi para karyawan dan mengembangkan keterampilan yang mereka miliki.

Dampak Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

Dampak Positif lainnya yaitu investor Indonesia dapat memperluas ruang investasinya tanpa ada batasan ruang antar negara anggota ASEAN. Begitu pula kita dapat menarik investasi dari para pemodal-pemodal ASEAN. Para pengusaha akan semakin kreatif karena persaingan yang ketat dan para professional akan semakin meningkatakan tingkat skill, kompetansi dan profesionalitas yang dimilikinya.

Namun, selain peluang yang terlihat di depan mata, ada pula hambatan menghadapi MEA yang harus kita perhatikan. Hambatan tersebut di antaranya : pertama, mutu pendidikan tenaga kerja masih rendah, di mana hingga Febuari 2014 jumlah pekerja berpendidikan SMP atau dibawahnya tercatat sebanyak 76,4 juta orang atau sekitar 64 persen dari total 118 juta pekerja di Indonesia. Kedua, ketersediaan dan kualitas infrastuktur masih kurang sehingga mempengaruhi kelancaran arus barang dan jasa. Menurut Global Competitiveness Index (GCI) 2014, kualitas infrastruktur kita masih tertinggal dibandingkan negara Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam dan Thailand. .Ketiga, sektor industri yang rapuh karena ketergantungan impor bahan baku dan setengah jadi. Keempat, keterbatasan pasokan energi. Kelima, lemahnya Indonesia menghadapi serbuan impor, dan sekarang produk impor Tiongkok sudah membanjiri Indonesia. Apabila hambatan-hambatan tadi tidak diatasi maka dikhawatirkan MEA justru akan menjadi ancaman bagi Indonesia.

Tantangan MEA untuk Indonesia

Bagi Indonesia sendiri, MEA akan menjadi kesempatan karena hambatan perdagangan akan cenderung berkurang bahkan menjadi tidak ada. Hal tersebut akan berdampak pada peningkatan eskpor yang pada akhirnya akan meningkatkan GDP Indonesia. Di sisi lain, muncul tantangan baru bagi Indonesia berupa permasalahan homogenitas komoditas yang diperjualbelikan, contohnya untuk komoditas pertanian, karet, produk kayu, tekstil, dan barang elektronik (Santoso, 2008). Dalam hal ini competition risk akan muncul dengan banyaknya barang impor yang akan mengalir dalam jumlah banyak ke Indonesia yang akan mengancam industri lokal dalam bersaing dengan produk-produk luar negri yang jauh lebih berkualitas. Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan defisit neraca perdagangan bagi Negara Indonesia sendiri.

Tantangan yang dihadapi Indonesia memasuki integrasi ekonomi ASEAN tidak hanya bersifat internal di dalam negeri tetapi dengan sesama Negara ASEAN dan luar ASEAN seperti China dan India. Berdasarkan kinerja ekspor 2004-2008, Indonesia berada diurutan keempat setelah Singapura, Malaysia dan Thailand dan importer tertinggi setelah Singapura dan Malaysia.

Ancaman yang diperkirakan lebih serius lagi datang dari China. Pada tahun 2008, Indonesia mengalami defisit sebesar US$ 3600 juta. Apabila kondisi daya saing Indonesia tak segera diperbaiki, nilai defisit perdagangan dengan China akan semakin maningkat.(Media Indonesia, 26 November 2009).

Pada sisi investasi, kondisi ini dapat menciptakan iklim yang mendukung masuknya Foreign Direct Investment (FDI) yang dapat menstimulus pertumbuhan ekonomi melalui perkembangan teknologi, penciptaan lapangan kerja, pengembangan sumber daya manusia (human capital) dan akses yang lebih mudah kepada pasar dunia. Meskipun begitu, kondisi tersebut dapat memunculkan exploitation risk. Indonesia masih memiliki tingkat regulasi yang kurang mengikat sehingga dapat menimbulkan tindakan eksploitasi dalam skala besar. Tidak tertutup kemungkinan juga eksploitasi yang dilakukan perusahaan asing dapat merusak ekosistem di Indonesia, sedangkan regulasi investasi yang ada di Indonesia belum cukup kuat untuk menjaga kondisi alam termasuk ketersediaan sumber daya alam yang terkandung.

Dari aspek ketenagakerjaan, terdapat kesempatan yang sangat besar bagi para pencari kerja karena dapat banyak tersedia lapangan kerja dengan berbagai kebutuhan akan keahlian yang beraneka ragam. Selain itu, akses untuk pergi keluar negeri dalam rangka mencari pekerjaan menjadi  lebih mudah bahkan bisa jadi tanpa ada hambatan tertentu. MEA juga menjadi kesempatan yang bagus bagi para wirausahawan untuk mencari pekerja terbaik sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Dalam hal ini dapat memunculkan risiko ketenagakarejaan bagi Indonesia. Dilihat dari sisi pendidikan dan produktivitas Indonesia masih kalah bersaing dengan tenaga kerja yang berasal dari Malaysia, Singapura, dan Thailand serta fondasi industri yang bagi Indonesia sendiri membuat Indonesia berada pada peringkat keempat di ASEAN.