Macam Ilmu Geografi dan Penjelasannya

Diposting pada

Macam-Ilmu-Geografi-dan-Penjelasannya

Pengertian Geografi

Kata Geografi berasal dari bahasa Yunani Geo :bumi Graphein : tulisan. Perhatian tentang ilmu geografi bukan hanya berhubungan dengan fisik alamiah bumi dan bagian-bagian alam semesta yang berpengaruh terhadap bumi saja, tetapi meliputi semua fenomena yang ada di permukaan bumi baik fenomena fisik maupun fenomena sosial.Pada dasarnya int idari kajian ilmu Geografi adalah hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan.

Geografi merupakan ilmu yang mempelajari tentang lokasi dan jgua persamaan, dan perbedaan (variasi) keruangan atas fenomena fisik, dan manusia di atas permukaan bumi. Kata geografi berasal dari Bahasa Yunani yaitu gêo yang artinya Bumi, dan graphein yang artinya tulisan, atau menjelaskan.


Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Objek Studi Geografi Beserta Penjelasannya (LENGKAP)


Geografi Menurut Para Ahli

  • Prof. Bintarto : Geografi mempelajari hubungan kausal gejala-gejala di muka bumi dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di muka bumi baik yang fisikal maupun yang menyangkut mahkluk hidup beserta permasalahannya, melalui pendekatan keruangan, ekologikal dan regional untuk kepentingan program, proses dan keberhasilan pembangunan.
  • Claudius Ptolomeus : mempelajari hal, baik yang disebabkan oleh alam atau manusia dan mempelajari akibat yang disebabkan dari perbedaan yang terjadi itu.
  • Erastothenes : geografi berasal dari kata geographica yang berarti penulisan atau penggambaran mengenai bumi.
  • Ellsworth Hunthington: memandang manusia sebagai figur yang pasif sehingga hidupnya dipengaruhi oleh alam sekitarnya.
  • Menurut Erastothenes, geografi berasal dari kata geographica yang berarti penulisan atau penggambaran mengenai bumi.
  • Menurut Claudius Ptolomaeus, geografi adalah suatu penyajian melalui peta dari sebagian dan seluruh permukaan bumi.
  • John Mackinder (1861-1947) seorang pakar geografi memberi definisi geografi sebagai satu kajian mengenai kaitan antara manusia dengan alam sekitarnya.
  • Ekblaw dan Mulkerne mengemukakan, bahwa geografi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari bumi dan kehidupannnya, mempengaruhi pandangan hidup kita, makanan yang kita konsumsi, pakaian yang kita gunakan, rumah yang kita huni dan tempat rekreasi yang kita nikmati.
  • Preston E. James mengemukakan geografi berkaitan dengan sistem keruangan, ruang yang menempati permukaan bumi. Geografi selalu berkaitan dengan hubungan timbal balik antara manusia dan habitatnya.
  • Menurut Ullman (1954), Geografi adalah interaksi antar ruang.
  • Maurice Le Lannou (1959)mengemukakan bahwa Objek study geografi adalah kelompok manusia dan organisasinya di muka bumi.
  • Paul Claval (1976) berpendapat bahwa Geografi selalu ingin menjelaskan gejala gejala dari segi hubungan keruangan.
  • Suatu definisi yang lain adalah hasil semlok (seminar dan lokakarya) di Semarang tahun 1988. Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan dan kelingkungan dalam konteks keruangan.
  • UNESCO (1956) mendifinasikan geografi sebagai: 1. satu agen sintesis; 2. satu kajian perhubungan ruang; 3. sains dalam penggunaan tanah.

Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Definisi Geografi Menurut Para Ahli Lengkap


Sejarah dan Perkembangan Ilmu Geografi

Seperti halnya pada ilmu-ilmu sosial lainnya, disiplin geografi pada mulanya tidak tersusun secara sistematis seperti sekarang ini. Pengetahuan mengenai suatu wilayah yang meliputi aspek-aspek alamiah dengan isnainya, mula-mula hanya dalam bentuk cerita yang disampaikan oleh seseorang kepada yang lainnya. Terdorong oleh kebutuhan untuk mempermudah perjalanan berikutnya, secara sederhana pengalaman perjalanan itu dilukiskan ke dalam bentuk peta (Sumaatmadja, 1988; 13). Bagi kepentingan perjalanan, perdagangan, peperangan dan pertahanan, peta tersebut sangat membantu dalam memvisualisasikan suatu objek telaahan.


Pada zaman Yunani kuno, pandangan faham geografi sangat dipengaruhi oleh pandangan filsafat spekulatif maupun sejarawan, yang berusaha memadukan ilmu pengetahuan geografi dengan sejarah. Tidak sedikit uraian geografi bersifat sejarah, atau sebaliknya uraian sejarah bersifat geografi. Herodotus (485-425 S.M) contohnya, seorang sejarawan telah mengemukakan pendapatnya bahwa betapa eratnya hubungan antara perkembangan masyarakat dengan faktor-faktor geografi di wilayah yang bersangkutan. Pandangan ini sungguh tidak keliru karena kedua disiplin sosial tersebut tidak bisa melepaskan diri interaksi antara manusia dengan lingkungannnya maupun keterikatannya dengan aspek keruangan. Selanjutnya ia menganjurkan adanya penulisan hubungan di antara sejarah dan geografi (Lucile, 1960: 13). Hanya saja pandangan-pandangan tersebut masih bersifat subjektif dan cenderung spekulatif. Hal ini terbukti, pada tahun 450 s.M, Herodotus telah membuat peta dunia yang membaginya dalam tiga bagian, yaitu; Eropa, Asia, dan Libya (Afrika). Peta karya Herodotus tersebut sangat sederhana jika dibandingkan dengan peta yang kita kenal sekarang. Pandangan Herodotus demikian yang memusatkan Yunani sebagai poros dunia, tidak lepas sebagai pandangan tradisional yang bersifat kosmologis. Pandangan ini beranggapan bahwa pada setiap kelompok etnis maupun bangsa menganggap dirinya terpenting dari segala mahluk dan umat manusia di dunia. Daerahnya adalah pusat dari kosmos yang diberikan oleh Pencipta sebagai tempat ia hidup (Lapian, 1980: 6). Walaupun karya Herodotus perlu disempurnakan, namun demikian pandangannya dan karyanya tersebut jelas sangat berharga, karena ia telah mampu memberikan kontribusi pemikirannya yang berani dan memiliki “kebenaran tertinggi” pada masanya. Oleh karena itu wajar jika waktu itu peta karya Hrodotus tersebut sering menjadi acuan bagi kepentingan pelayaran, perdagangan, maupun pengembangan pengetahuan bangsa Yunani kuno khususnya.


Lebih-kurang empat abad kemudian, Starbo (63-24 s.M.) seorang sejarawan dan ahli geografi Yunani kuno, telah menguraikan secara panjang lebar betapa besar pengaruh lingkungan fisik manusia terhadap pengelompokan kebudayaan dan model-model pemerintahan. Ia mengemukakan bahwa pengaruh lingkungan tersebut sangat menentukan corak budaya dan pemerintahan. Dari penjelasan tersebut dapat menyimpulkan bahwa Starbo tergolong environmental determinism atau determinisme lingkungan (Sumaatmadja, 1988: 15). Pada bagian yang lain Starbo telah mengemukakan bahwa geografi berkenaan dengan factor lokasi, karakteristik tertentu, dan antar hubungan satu tempat ke tempat lainnya di permukaan bumi secara keseluruhan. Ide kesatuan tunggal yang dikemukakan Starbo ini, dijelaskan sebagai konsep natural attributes of place (“atribut alamiah satu tempat”), adalah kerangka relasi suatu tempat dengan tempat lainnya di permukaan bumi. Pandangan demikian hingga sekarang masih relevan sebagai salah satu konsep dan prosedur geografi modern hingga sekarang (Dickinson, 1970: 10). Bahkan dalam perkembangan selanjutnya konsep ini berkembang sebagai konsep regional. Selain itu juga ia telah membuat peta yang terkenal dengan dikenal dengan “Peta Strabo”, merupakan penyempurnaan peta Herodotus.


Pandangan determinisme lingkungan yang dikemukakan Starbo, jika ditelusuri lebih jauh sebenarnya berasal dari Julius Caesar (100-44 s.M) dalam tulisannya yang berjudul Gallic Wars. Caesar yang merupakan tokoh pemerintahan dan ketentaraan Romawi yang terkenal itu, pada tulisannya mengemukakan faktor geografi terhadap pemerintahannya, serta pengaruh lingkungan alam terhadap kemenangannya. Semua tokoh yang menguraikan keseluruhan bumi berupa keterangan-keterangan wilayah di permukaan bumi yang tidak memperhatikan letak yang tepat tersebut serta keadaan manusianya juga secara tidak tepat (hanya mengemukakan materi secara etnografis serta kurang bersifat geografi), semuanya dapat dikategorikan dalam kelompok “aliran logoterapi” (Khiam, 1980: 7-8).


Pelajaran geografi tentang bola bumi dengan menggunakan pendekatan dan pengukuran yang matematis, baru dilakukan oleh Pythagoras. Ketelitian demikian dilanjutkan oleh Plato dan Aristoles, maupun Eratosthenes. Keterampilan mereka sangat mempengaruhi pendekatan dan pandangannya. Bentuk bola bumi serta ukurannya di mana pembagian bumi berdasarkan lintang dan bujur, serta pergeseran matahari yang mempengaruhi daerah iklim, berasal dari pemikiran kelompok “aliran matematik” (Kiam, 1980: 9). Dalam istilah geographika hal itu berarti writing about the earth or description of the earth atau “deskripsi atau tulisan tentang bumi” . Selain dari itu, ia juga telah menghitung keliling bumi secara matematik berdasarkan perhitungan jarak Alexandria dengan Seyne (Aswan). Oleh karena itu ia dianggap sebagai peletak dasar Geografi yang pertama. Jasa Ptolomaeus pada perkembangan geografi yaitu pada pembuatan dan penggunaan peta. Setelah didapatkannya alat pencetak, peta Ptolomaeus dengan diubah sedikit, dicetak sebagai Atlas Ptolomaeus (Mitchell, 1960: 34).


Dari penjelasan di atas telah membuktikan bahwa geografi telah berkembang sejak sebelum Masehi di Yunani khususnya. Aktivitas manusia yang paling banyak menuntut keterampilan geografi adalah perjalanan yang dilakukan para pedagang maupun tentara dalam peperangan untuk perluasan wilayah. Di antara perjalanan darat yang terkenal adalah “Via Appia” antara Roma dan Capua 350 s.M.) serta “Jalan Sutera” antara Tiongkok dengan Timur Tengah pada Abad Petengahan), telah menjadi sumber materi geografi yang berharga saat itu. Selanjutnya, perjalanan-perjalanan yang dilakukan oleh Columbus, Vasco da Gama, Fernao de Magelhaens dan lain-lain yang terkenal dengan misi 3 G (Gold, Gospel, dan Glory) telah pula menambah pengetahuan mengenai negeri lain tentang penduduk dan peradabannya. Pengetahuan ini selain menambah materi geografi, juga telah membukakan kawasan manusia terhadap perwilayahan di permukaan bumi.


Pada Abad Pertengahan, tokoh-tokoh ilmu pengetahuan seperti Nicolaus Copernicus (yang mengemukakan tentang teori heliosentris), Galileo Galilei, Johanes Kepler, Gerard Mercator, Wilem Jansz, dan lain-lainya, besar sekali jasanya terhadap perkembanagan Geografi saat itu. Kemudian Bernard Varen (Varenius) telah menentukan istilah “general geography’ atau “geographia generalise yang merupakan bagian dari science yang mempelajari bumi secara umum, menguraikan pembagian dan gejala yang mempengaruhi bumi secara keseluruhan. Hal yang dikemukakannya merupakan dasar dan hukum umum yang dapat diterapkan pada geografi untuk mempelajari suatu wilayah atau negara secara khusus. Bagian geografi yang tearkhir ini disebutnya sebagai special geography atau “geographia specialis” (Harstorne, 1960: 67). Kemudian bagaian geografi ini menjadi geografi regional (regional geography). Varenius juga pernah mempublikasikan studi regional mengenai Jepang dan Syam, dan uraian ini lebih bersifat matematik campuran (Sumaatmadja, 1988: 18).


Tokoh-tokoh geografi dari Jerman yang sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan disiplin geografi, di antaranya; Karl Ritter, Oscar Peschel, Alexander von Humboldt, Friederich Ratzel, Ernest Kapp, Alfred Hettner.

Pandangan geografi dari tokoh-tokoh tersebut, secara singkat sebagai berikut: Alexander von Humboldt (1769-1859) dan Karl Ritter (1779-1859), dianggap sebagai peletak dasar “geografi modern” (Sumaatmadja, 1988: 18). Kedua tokoh ini berjasa dalam meletakkan dasar-dasar ilmu-pengetahuan empiris (empirical sciences) pada geografi. Prosedur induktif melalui observasi dan penjelajaahan dilakukan untuk menyusun hukum-hukum umum pada studi geografi. Mereka berpegang kepada konsep filsafat holisme yang menghormati relevansi bumi dengan manusia. Hal ini dapat kita lihat dari pernyataan Ritter (Harshorne (1960: 20), “Independent to Man, the earth is also without him, to the scene of natural phenomena; the law of its formulation can not proceed from Man. In thescience of the earth, theearth itself must be asked for its laws”. Bagi Ritter faktor alam menjad penentu bagi gejala kemanusiaan. Pandangannya tersebut mempengaruhi bagi ajaran Friederich Ratzel, di mana Ritter memasukkan faktormanusia sebagai sebagai faktor penting pada studi geografi. Hal ini bisa dilihat dari seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa ”geography to study the earth as the dwelling place man”, dan nilah ang membuat Ritter sebagai peletak dasar Geografi SosialModern (Sumaatmadja, 1988: 19).


Selanjutnya adalah Emmanuel Kant (1724-1804) yang mendapat julukan ”Bapak Geografi Politik”, di samping sebagai peletak dasar Geografi Modern. Kemudian Charles Darwin (1809-1882) seorang ahli evolusi biologis Inggeris. Konsep natural selection, merupakan konsep yang terpenting dan berlaku hingga kini, walaupun pernah diselewengkan oleh Hitler dalam berbagai ekspansinya melalui pengembangan doktrin survival of the fittest yang sebetulnya berasal dari Herbert Spencer dalam Darwinisme Sosial. (Taylo, 2000: 783). Kemudian Frederich Ratzel (1844-1904) yang menerbitkan buku Pitsce Geographie (1897), gagasan-gasan kontemporer tentang determinisme lingkungan diterapkan pada kajian negara. Memfokuskan lokasi strategis pada skala global. Kemudian pada tahun 1904 Harold Makinder menyuguhkan “daerah poros” (pivot area), belakangan dinamakan kembali dengan teori “heartland”, yang menjadi landasan kajian kajian-kajian Geografi (1904) . Titik kulminasi dari geografi lingkungan ini muncul dalam kajaian politik dan landasan pijakan Dewrent Whittlesey yang subtil dalam The Earth and the State, titik nadirnya adalah legitimasi geopolitik Jerman terhadap perluasan wilayah Third Reich yang pernah disinggung di atas.


Namun perlu diketahui bahwa geopolitik ini mundur ketika para ahli Geografi pada umumnya mencoba menggabungkan kajian-kajian mereka dengan perkembangan baru dalam ilmu-ilmu sosial. Kelemahan dalam geografi politik lingkungan ternyata adala dalam teori sosial yang tida memadai. Sebab ide-idenya hanya hanya bisa bertahan di luar Geografi, ketika para ahli ilmu politik mengacu kepada pengaruh-pengaruh geografi lingkungan sebagai faktor geografis atau ketika gagasan-gagasan geografi simplistik digunakan untuk menjustifikasi kebijakan-kebijakan Perang Dingin yang agresif (Taylor, 2000: 783).


Tokoh lain yang juga berfaham determinisme itu adalah Ellsworth Huntington yang menulis The Pulse of Asia (1907), Palestine Its Transformation (1911) Civilization and Climate (1915). Ia seorang brilian, ahli geografi Amerika Serikat ini terkesan oleh kontras antara peradaban yang lur-biasa besar dari Asia Tengah dan Asia Barat Daya (Duverger, 1985: 420), yang secara rinci anda dapat membacanya isi teorinya tersebut pada sub-bab Teori-teori Geografi. Kemudian von Richthoffen (1838-1905), ia merupakan tokoh geografer yang berpengaruh. Sebagai seorang ahli Geologi, beliau mengemukakan bahwa pengertian permukaan bumi yakni bagian luar dari bumi yang terdiri dari geografi dan termasuk segala gejala yang bersangkutan dengannya. Dia-lah yang memberikan batasan eksplisit bahwa “Geography is the study of the eart surface according to its differences, or the study of different areas of the earth surface…in term of total characteristics” (Harsthorne, 1960: 173). Dia juga yang memperkenalkan “:korografi” yang merupakan studi holistic tentang bumi dan interelsinya secara sistematik.


Sedangkan untuk tokoh Prancis yang berjasa mengembangkan geografi adalah Paul Vidal de la Blache (1845-1914) dan Jean Brunhes (1869-1930).. Blace menulis Principes de geograhie humanie (1922). Ia berusaha melepaskan visi determini smeny a, namun manusia dipandang sebagai makhluk yang aktif dalam kehidupannya Oleh karena itu ia digelari sebagai “Bapak Geografi Sosial Modern” di mana dalam pernyataannya bahwa Geography is the science of places, concerned with qualities and potentialities of countries (Hartsorne, 1960: 13). Sedangkan Jean Brunhes ia menulis Geographie humaie, edisi ketiga , 3 jilid (1925), edisi singkat dalam satu jilid tahun 1947 (Duverger, 1985: 411). Dalam buku tersebut Brunches mengeluarkan teori tentang “Konflik antara Suku Bangsa Nomadik dengan Sedenter”, di mana anda dapat membacanya pada bagian teori- teori Geografi.


Adalah James Fairgrive, seorang geograf Amerika Serikat yang mengemukakan bahwa geografi memiliki nilai edukatif, terutama untuk berpikir kritss dan bertanggung jawab terhadap kehidupan dunia. Manusialah yang bisa mengubah secara positif lingkungan yang dikehendaki sesuai dengan kepentingan-kepentingan hidup yang bertanggung jawab.Sedangkan Prestone E. James dengan karyanya yang terkenal American Geography: Inventory and Prospect, merupakan tulisan yang mengetengahkan pandangannya tentang eratnya hubungan Georafi dengan sejarah sehingga dianalogikan sebagai ilmu dwi tunggal antara tempat dan waktu. Kata-kata ini sebenarnya tidak asing, karena sebelumnya pernah menjadi slogan zaman Herodotus. Namun tempat yang memberikan ruang untuk memahami perubahan berdasarkan waktu, dua-duanya tidak dapat dipisahkan, mengingat waktu juga yang menunjukkan adanaya perubahan dan kemajuan/kemunduran di suatu tempat.


Demikian tentang perkembangan geografi, sejak disiplin ini hanya merupakan suatu cerita sampai kepada suatu perkembangan disiplin ilmu yang modern dengan pendekatan dan metodenya yang kaya baik secara kealaman, sosial, maupun humaniora, geografi senantiasa merambah di antaranya. Sebagai contoh misalnya; Geografi tata runag ini baru muncul tahun 1960-an dan 1970-an, dan mulai diperkenalkan di saat terjadinya perkembangan dramatis studi geografi di berbagai universitas, khususnya di negara-negara yang berbahasa Inggersi. Para “pendobrak kuantitatif dan teoretik” tersebut dengan demikian dapat memperluas pandangan mengenai disiplin itu dengan bertambahnya jumlah posisi staf yang tersedia dan riset-risetnya yang memungkinkan dapat mengembangkan disiplin ini. Contoh lain, tentang Geographical Information Syastem (GIS) atau “Sistem


Informasi Geografis” yang merupakan sistem komputer yang terintegrasi, yang digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, menambah dan memanipulasi, menganalisis, dan menampilakn semua bentuk informasi berkenaan dengan masalah geografis (Unwin, 2000: 402), kini telah berkembang pesat terutama sejak tahun 1980-an. Kini aplikasi GIS kini terdapat alam semua disiplin akademik di mana unsur lokasi menjadi hal substansial, seperti geografi, arkeologi, perencanaan lahan, pengolahan sumber daya alam, dan demografi. Begitu juga dalam industri dan perdagangan, GIS dipakai oleh took eceran, sarana umum, dan pemerintah local/daerah. Karena lokasi ruang merupakan hal yang ada di mana-mana, dapat dikemukakan bahwa GIS akan menjadi salah satu aplikasi komputer yang paling besar (Unwin, 2000: 402).


Geografi adalah disiplin akademis yang luas dan dinamis, yang memiliki akar-akarnya baik dalam ilmu pasti alam, sosial, bahkan humaniora. Dalam cakupannya yang begitu luas, terdapat kelompok kelompok-kelompok yang beringgungan dan beririsan, baik para ahli riset maupun pengajar/pendidik, yang kesemuanya bertujuan untuk meningkatkan pemahaman kita mengenai lingkungan, tata ruang, dan tempat dengan berbagai strategi dan teknik. Adanya perbedaan kelompok-kelompok tersebut menyebabkan perdebatan dinamis yang tidak ada putus-putusnya mengenai alternatif-alternatif tinjauannya. Tetapi di sampin itu terdapat juga sekian banyak riset dan aktivitas akademis yang substansial telah berjasa meningkatkan wawasan kita tentang bagaiamana lingkungan fisik tersusun sedemikian rupa dan bekerja. Bagaimana kehidupan manusia diorganisir secara keruangan, serta bagaimana pula tempat-tempat itu dibuat sebagai lokasi kediaman yang nayaman untuk kepentingan hidup kita.


Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Sistem Informasi Geografi


Macam Ilmu Geografi

Geografi juga pmempunyai berbagai macam ilmu, berikut adalah macam-macam ilmu geografi dan penjelasannya

Gemoforlogi

Salah satu ilmu penunjang geografi ialah  gemoforlogi. Ilmu ini mempelajari tentang berbagai macam bentuk permukaan bumi. Pengertian bentuk permukaan bumi mencangkup pengertian, penjabaran, serta proses terbentuknya. Ilmu ini sangat penting sebab, mampu memberi petunjuk pada manusia tentang kondisi bumi pada zaman dahulu. Ilmuwan percaya bumi pada zaman dulu hanya berupa batu lalu terurai menjadi tanah oleh lumut.


Klimatologi

Ilmu ini lebih mempelajari tentang iklim di bumi dari pada cuaca. Banyak orang menafsirkan iklim dan cuaca merupakan hal yang sama ketika sebenarnya dua hal ini sangat berbeda. Selain mempelajari tentang iklim, klimatologi juga mempelajari tentang penyebab terjadi, pengaruhnya terhadap bentuk muka bumi juga dampaknya pada kehidupan di suatu wilayah.


Hidrologi

Dilihat dari judulnya, ilmu penunjang satu ini pastilah mempelajari tentang air. Ruang lingkup hidrologi cukup luas karena selain mempelajari tentang distribusi air di muka bumi, hidrologi juga mengkaji tentang sirkulasi air berikut dengan bentuknya. Sifat kimia dan fisiknya juga ikut dikaji dalam hidrologi.


Kartografi

Geografi yang disebut-sebut sebagai bapak dari segala ilmu tidak hanya mempelajari fenomena alam yang nampak di muka bumi. kenyataannya, dalam ilmu penunjang geografi yakni kertografi mempelajari tentang cara membuat peta. Pembuatan peta tidak biasa sembarangan karena meninjau dari jenisnya juga. Ada berbagai macam peta dari yang sederhana misalnya peta buta hingga peta rumit. Penghitungan skala dan unsur-unsur dalam peta semuanya dikaji. Selain itu, kartografi juga mempelajari tentang pemanfaatan peta-peta tersebut.


Pengindraan Jauh

Ilmu penunjang yang satu ini dipelajari saat kelas akhir pada sekolah menengah atas. Penginderaan jauh sendiri mempelajari tentang gejala atau fenomena yang mencangkup fenomena geografi di suatu tempat. Yang unik ialah, pembelajaran dan penafsiran fenomena ini tidak melibatkan peneliti langsung datang ke lokasi, melainkan menggunakan suatu alat yang dapat menunjang terkait dengan penyelidikan dan penelitian.


Demografi

Ilmu penunjang geografi yang lain ialah demografi. Demografi mempelajari tentang penduduk di muka bumi. Ilmu ini meliputi penghitungan jumlah penduduk, persebaran, pertumbuhan, komposisi penduduk laki-laki dan perempuan, dan juga  perpindahan.


Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Macam Ilmu Penunjang Geografi (LENGKAP)


Ruang lingkup geografi

Ruang lingkup kajian studi geografi adalah menjawab pertanyaan:

  1. Apa (What) dalam arti struktur pola, fungsi dan proses gejala, kenampakan atau kejadian di permukaan bumi.
  2. Dimana (Where) dalam arti situs (site), letak (lokasi) atau penyebaran (spatial distribution) di permukaan bumi.
  3. Berapa panjang (How long) sebuah sungai, jalan, berapa lebar (How wide), berapa luas (How large) suatu areal atau wilayah, berapa jauh (How far) jarak antar lokasi, berapa dalam (How deep) suatu perairan (danau, sungai, laut), berapa tinggi (How high) suatu elevasi, berapa miring (How steep) suatu lereng, berapa lama (durasi) suatu proses berlangsung (How long), berapa banyak (How many atau much) suatu jumlah.
  4. Mengapa (Why) dalam arti korologi atau keruangan dan penjelasan atau deskripsi latar belakang dan pola hubungan sebab akibat (causal) atau interelasi dan interaksi serangkaian gejala / kejadian atau motivasi manusia.
  5. Bagaimana (How) dalam arti penjelasan suatu struktur pola, fungsi dan proses gejala/kejadian atau solusi terhadap suatu masalah yang berwujud rumusan saran kebijakan.
  6. Kapan (When) dalam arti waktu lampau (informasi), sekarang dan akan datang(peramalan/forecasting atau perencanaan).
  7. Siapa (Who) dalam arti sebagai obyek penelitian atau pelaku (subyek) suatu kejadian dan sekaligus sebagai subyek yang bertanggung jawab dalam bentuk kelompok manusia, tidak sebagai individu (terutama dalam bahasan geografi manusia, khususnya geografi politik) kecuali behavioral geography.

Sutanto (2000) berpendapat bahwa ciri khas geografi bukan terletak pada materi yang dikaji, bukan pula oleh pertanyaannya melainkan pada cara menjawab pertanyan tersebut, kata tanya apa, dimana, berapa, mengapa, kapan dan siapa dikaitkan dengan:

  • Pertanyaan teoritis (mengkaji teori yang ada, mengembangkan, atau menyusun yang baru),
  • Pertanyaan metodikal (cara perolehan data, cara analisis),
  • Pertanyaan remedial ((pemulihan lahan kritis, pengentasan kemiskinan),
  • Pertanyaan genetikal (asal mula fenomena),
  • Pertanyaan generik (bersifat umum).

Secara substansial setiap sudut pandang pola kajian studi geografi berisi unsur-unsur esensial tertentu yaitu meliputi:

1. Kajian keruangan

  1. Lokasi absolut dengan relatif, ukuran (bentuk, batas, luas, arah, jarak
    dalam arti dimensi ruang relatif (keterpisahan) morfologi bentang alam fisik.
  2. Aksesibilitas (keterjangkauan), distribusi (pembagian sebaran dalam ruang) difusi (penyebaran dan perluasan), perubahan kepadatan dan pertumbuhan, pola gerakan orang barang, idea dan aglomerasi jaringan hirarki pusat pelayanan dan potensi sumber daya di permukaan bumi (konsep hubungan dan sumber daya).
  3. Kecenderungan (tren) struktur (pengelompokan dan penyebaran), fungsi (produk mekanisme interelasi gejala) dan proses (perkembangan gejala dari waktu ke waktu) perkembangan obyek di permukaan bumi.
  4. Relasi, interrelasi, interaksi (arus gerakan, hubungan sebab-akibat) gejala keruangan antara makhluk hidup dengan lingkungannya (konsep hubungan dan ketergantungan)
  5. Bentuk aplikasinya antara lain: perencanaan pembangunan DAS,
    perencanaan kota, penataan ruang.

2. Kajian kompleks wilayah, yang membahas tentang

  • Karakteristik wilayah melalui analisis perbedaan (diferensiasi) dan persamaan (homogenitas) sifat wilayah atau region konsep wilayah dan ketergantungan. Proses integrasi, interaksi dan difusi jaringan dan hirarki wilayah modal, dalam rangka perubahan ruang.
  • Berbagai jenis wilayah, misalnya: formal region, functional region,
    administrative region, planning region.
  • Teori pertumbuhan wilayah, teori arus antar wilayah, teori klasifikasi,
    peramalan wilayah, perencanaan wilayah.
  • Kajian wilayah sebagai tujuan (objective region) dan wilayah sebagai alat
    analisis (subjective region).

3.Kajian ekologi dan kajian sistem yang membahas tentang:

  • Lingkungan (perilaku, gejala), habitat, site, territorial, lingkungan alam fisik (physic natural environment) lingkungan budaya (cultural environment), persepsi, sumber daya (resource), kualitas tanah, potensi tanah, konservasi, ekosistem, equilibrium, efisiensi.
  • Analisis fungsi, pertukaran berbagai sumber daya dan gerakan, aliran, interaksi, dan interdependensi.
  • Solusi permasalahan keruangan dan pembangunan (konsep pembangunan berkesinambungan).
  • Geografi SDA, penilaian dampak lingkungan, norma dan kriteria dampak lingkungan, daya dukung dan daya tampung lingkungan.
  • Kaitan ilmu geografi dengan ilmu-ilmu lain (politik, hankam, linguistik, sosiologi, antropologi, geologi, sejarah, perencanaan, biologi, meteorologi, ekonomi, ekonometrik, matematika, teknik, lingkungan hidup, dsb) dalam rangka penelitian terpadu dan dalam konteks dunia (konsep holistik dan global).
  • Fungsi dan peran serta setiap ilmu dalam pencapaian tujuan suatu penelitian interdisiplin, multidisiplin dan transdisiplin secara terpadu (integrated surveys).

4. Kajian sejarah (kronologis/historis) yang membahas tentang:

  • Perubahan kegiatan yang berlangsung dalam konteks ruang (yang sama) dan waktu (yang berbeda).
  • Kecenderungan (trend) hubungan kausal dan dinamika perkembangan, perubahan gejala, kenampakan dari waktu ke waktu dalam ruangan yang sama atau siklus.

5. Sarana berfikir ilmiah geografi, meliputi:

Model (termasuk peta), sistem informasi geografi, computer, metode analisis geografi kuantitatif (matematika dan statistika) penafsiran foto udara dan citra landsat, logika dan bahasa.


Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Prinsip-Prinsip Geografi: Distribusi, Korologi, Interelasi, Deskripsi


Cabang ilmu Geografi

Cabang ilmu geografi menurut hagget dan gurniawan terbagi dalam beberapa struktur, contohnya sebagai berikut :

Cabang ilmu Geografi

Cabang ilmu Geografii

Berdasarkan bidang kajian, geografi terbagi atas tiga cabang ilmu yaitu sebagai berikut.

Geografi fisik

Geografi fisik mempelajari bentang lahan (Landscape) yaitu bagian ruang dari permukaan bumi yang dibentuk oleh interaksi dan interdependensi bentuk lahan. Perhatian utama geografi fisik adalah lapisan hidup (Life layer) dari lingkungan fisik, yaitu zone tipis dari daratan dan lautan yang di dalamnya terdapat sebagain besar kehidupan. Adapun ilmu-ilmu yang menunjang geografi fisik adalah sebagai berikut.

  • Meteorologi dan klimatologi, merupakan ilmu yang mempelajari gejala cuaca di atmosfer.
  • Oceanografi adalah ilmu pengetahuan dan studi eksplorasi mengenai lautan serta semua aspek yang terdapat di dalamnya termasuk sedimen, batuan yang membentuk dasar laut, interaksi antara laut dengan atmosfer, pergerakan air laut serta tenaga yang menyebabkan adanya gerakan tersebut baik tenaga yang berasal dari dalam maupun yang berasal dari luar.
  • Hidrologi mempelajari gerakan dan distribusi air di bumi.
  • Hidrografi adalah suatu cabang ilmu geografi fisik yang berhubungan dengan penelitian dan pemetaan air di permukaan bumi.
  • Geologi menjelaskan bagaimana bumi terbentuk dan bagaimana bumi berubah dari waktu ke waktu.
  • Geomorfologi mempelajari bentuk permukaan lahan dan sejarahnya.
  • Ilmu tanah adalah ilmu yang mempelajari hal ihwal atau sifat-sifat tanah.
  • Geografi tanah ialah ilmu yang mempelajari tentang tanah, meliputi sifat, genesis, penyebaran, dan penerapannya terhadap kehidupan manusia.
  • Biologi adalah ilmu pengetahuan tentang makhluk hidup, baik manusia maupun tumbuhan dan hewan.
  • Biogeografi adalah ilmu yang mempelajari penyebaran organisme dalam ruang dan waktu, serta faktor-faktor yang memengaruhi, membatasi atau menentukan pola penyebaran jarak.

Geografi manusia

Geografi manusia mempelajari manusia dalam ruang, termasuk jumlah penduduk, penyebaran penduduk, dinamika penduduk, aktivitas ekonomi, politik, sosial dan budayanya. Cabang geografi manusia di antaranya sebagai berikut.

  • Ekonomi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari usaha-usaha manusia untuk mencapai kemakmuran, gejala-gejalanya dan hubungan timbal balik dari usaha tersebut.
  • Geografi ekonomi membahas bagaimana manusia mengeksploitasi sumber daya alam, menghasilkan barang dagangan, pola lokasi, dan persebaran kegiatan industri, serta seluk beluk komunikasi.
  • Politik adalah kegiatan pada suatu negara yang berhubungan dengan proses untuk menentukan tujuan-tujuan yang telah dipilih oleh suatu negara dalam rangka mencapai tujuan yang akan dicapai oleh negara itu sendiri.
  • Geografi politik mempelajari unit-unit politik, wilayahnya, perbatasan, serta ibukotanya dengan unsur-unsur kekuatan nasional dan politik internasional.
  • Demografi adalah ilmu yang mempelajari persoalan dan keadaan perubahan-perubahan penduduk.
  • Geografi penduduk adalah cabang disiplin geografi yang membicarakan variasi-variasi kualitas ruang dalam demografi dan nondemografi dari penduduk manusia dan konsekuensi-konsekuensi sosial dan ekonomi yang berasal dari rangkaian interaksi dengan suatu rangkaian khusus dari kondisi-kondisi yang terdapat di dalamnya yang diberikan oleh suatu unit atau daerah.

Geografi teknik

Geografi teknik mempelajari cara-cara memvisualisasikan dan menganalisis data dan informasi geografis dalam bentuk peta, diagram, foto udara dan citra hasil penginderaan jauh. Cabang ilmu geografi teknik yaitu sebagai berikut.

  • Kartografi adalah ilmu dan seni membuat peta yang menyajikan hasil-hasil ukuran dan pengumpulan data berbagai unsur permukaan bumi yang telah dilakukan oleh surveyor, geograf, kartograf, dan lain-lain.
  • Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni yang memperoleh informasi mengenai objek, daerah, atau gejala dengan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap objek, daerah, atau gejala yang dikaji.
  • Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem informasi berbasis komputer yang dapat menyimpan, mengelola, memproses, menganalisis data geografis dan nongeografis serta menyediakan informasi dan grafis secara terpadu.

Menelaah setiap gejala di permukaan bumi, geografi tidak memilahkan aspek fisik dan manusia, tetapi selalu memadukan keduanya, aspek fisik dan manusia ditelaah secara terintegrasi. Perpaduan antara geografi fisik dan geografi manusia secara faktual di lapangan menghasilkan geografi regional. Regional adalah geosfer ditelaah dengan menggunakan pendekatan geografi, sehingga regional adalah objek formal dari ilmu geografi.


Kalau geologi mempelajari batuan, geomorfologi mempelajari bentuk lahan, ilmu tanah mempelajari keadaan fisik tanah, klimatologi mempelajari iklim, meteorologi mempelajari cuaca. Semua itu menganalisis kebumian secara murni tanpa diintegrasikan dengan kehidupan manusia. Demikian pula ilmu politik, sosiologi, ekonomi, dan demografi mempelajari manusia secara murni, geografi mempelajari kehidupan manusia dan kebumian secara terpadu.


Contoh dalam mempelajari penduduk. Demografi membahas tentang jumlah, pertumbuhan, kepadatan dan penyebaran penduduk. Geografi mempelajari jumlah, pertumbuhan dan penyebaran penduduk dalam kaitannya dengan aspek fisikal, seperti mengapa di daerah dataran penduduknya lebih banyak bila dibandingkan dengan daerah pegunungan, mengapa penduduk di daerah dataran cenderung menyebar secara merata, sedangkan di pegunungan mengelompok, mengapa pertumbuhan penduduk di suatu wilayah tinggi atau rendah, faktor fisik dan sosial budaya apa yang berpengaruh dan sebagainya.


Contoh lain dalam mempelajari pertanian, ahli agronomi mempelajari cara bercocok tanam, ahli ekonomi mempelajari biaya produksi, pengeloalan dan pemasaran, ahli geografi mempelajari lokasi berbagai jenis usaha tani di permukaan bumi, bagaimana kaitannya dengan aspek fisik seperti iklim, kemiringan lereng, ketinggian, tata air, aspek sosial seperti cara bertani, penerapan teknologi, modal, pemilikan lahan, kebijakan pemerintah, dan adat istiadat dalam bercocok tanam.


Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Dimanakah Letak Geografis Indonesia Sebenarnya


Konsep-Konsep Geografi

Konsep-konsep dasar geografi menurut Warman dalam Sumaatmadja (1981) meliputi:

  • Strata kehidupan (life-layer concept),
  • Dominasi ekologi manusia (man ecological dominant concept),
  • Globalisasi (globalism concept),
  • Interaksi keruangan (spatial Interaction Concept),
  • Hubungan wilayah/area (areal relationship concept),
  • kesamaan wilayah (areal likenesses),
  • Perbedaan wilayah (areal differenceconcept),
  • Keunikan wilayah (areal uniqueness),
  • Penyebaran areal (areal distribution),
  • Lokasi relatif (relative location concept),
  • Perubahan abadi (perpetual transformation concept),
  • Sumber daya budaya yang berbeda (culturally defined resources concept),
  • Skala (round earth on flat paper concept).

Warman (1996, dalam Bintarto, 1981), yang menyebutkan bahwa konsep geografi itu ada 15, yaitu:

  • Konsep regional
  • Konsep lapisan hidup
  • Konsep manusia lingkungan
  • Konsep globalisasi
  • Konsep interaksi social
  • Konsep antar hubungan
  • Konsep kemiripan areal
  • Konsep differensiasi areal
  • Konsep keunikan areal
  • Konsep lokasi relative
  • Konsep keuntungan komparatif
  • Konsep transformasi
  • Konsep sumber daya cultural tertentu
  • Konsep bumi bulat pada kertas (peta)

Whhiple (Preston, 1959 dalam Bintarto, 1981), yang menyederhanakan konsep warman menjadi 5, yaitu:

  • Bumi sebagai planet
  • Variasi cara hidup
  • Variasi wilayah ekonomi
  • Arti penting wilayah bagi manusia
  • Nah yang satunya gak ada di catatanku. Mungkin ada yang bisa membantu?

Hagget (1975, dalam Bintarto, 1981), yang mengemukakan 5 konsep dalam geografi, yaitu:

  • Konsep differensiasi areal
  • Konsep bentang lahan (land scape)
  • Konsep manusia-lingkungan
  • Konsep distribusi spasial
  • Konsep geometric

Sutanto (1998), yang menyebutkan bahwa konsep geografi adalah keruangan/spasial geografi dalam bidang ilmu lainnya mempunyai konsep yang berbeda. Misalnya waktu menjadi konsep-konsep sejarah.


Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Pengertian, Contoh Geografi Fisik, Geografi Manusia, dan Geografi Teknik


Manfaat Terapan Ilmu Geografi

Sebagai disiplin akademis yang memiliki potensi terapan untuk memehami mengenai dunia, terdapat beberapa pendapat seberapa perlunya segi terapan ini, karena beragamnya tuntutan yang dikemukakan kepada disiplin ini maupun kepada akedisinya secara umum. Taylor (1985) berpendapat bahwa negara-negara yang menyediakan sebagian besar pendanaan universitas, tampaknya lebih mampu mendesakkan munculnya karya terapan — di mana akademisi diharapkan langsung memenuhi kebutuhan masyarakat — dalam periode resesi ekonomi daripada dalam masa relatif makmur, yang lebih memungkinkan dilakukannya riset-riset murni atau non-terapan. Tentu saja di sejumlah negara seperti Uni Soviet dan Eropa Timur lainnya antara tahun 1945 dan 1989, praktek geografi di semua disiplin akademis lainnya hampir seluruhnya ditentukan oleh tuntutan aparat negara.


Nilai terapan dari geografi sangat dihargai selama Perang Dunia II karena kemampuan para ahli geografi untuk menyediakan informasi mengenai negara- negara lain; keahlian kartografi serta fotogrametrik mereka banyak dipakai dalam dunia itelijen. Sejak tahun 1950-an, peran geografi dalam pengumpulan data dan analisisnya dipakai pula sebagai pedoman dalam menyiapkan rencana-rencana pembangunan kota dan kawasan, dan beberapa perkembangan teknisnya (seperti GIS) diarahkan untuk tujuan-tujuan praktis. Ada yang berpendirian bahwa salah satu peran pokok ahli geografi adalah memberikan nilai tambah pada data, yang kemudian bisa ‘dijual’ kepada para pengambil keputusan (Rhind, 1989).


Makin meningkatnya minat pada isu-isu lingkungan — baik tingkat loal, regional, nasional, maupun global — telah menjadi perhatian para ahli geografi. Banyak karya mereka menekankan kedua sisi: proses-proses yang terjadi dalam lingkungan fisik dan dampak aktivitas manusia terhadap proses tersebut serta hasil-hasilnya; hal inimisalnya tampak dalam usaha penaksiran dampak-dampak lingkungan.


Dalam kebanyakan karya terapan ini para ahli geografi memakai aneka metode dan orientasi positivis guna mencari pemecahan dari sekian masalah yang telah ditemukan; mereka terlibat dalam rekayasa masa depan sosial berdasarkan pemahaman ilmiah mereka. Pandangan teknokratis seperti ini ditentang oleh ahli- ahli geografi lainnya yang melihat karya seperti itu hanya akan melanggengkan status quo dalam masyarakat. Dengan demikian mempertahankan banyak ketimpangan dan ketidakadilan serta berlanjutnya mode produksi kapitalis dan para aparat negara yang bertujuan mengangkat dan melegitimasi apa yang mereka pandang sebagai sistem yang tidak adil.


Dalam menanggapi kritik-kritik seperti ini, terdapat beberapa aturan penerapan yang kemudian ditegakkan bagi para ahli geografi dalam mengangkat kesadaran terhadap sifat perubahan dunia di mana kita tinggal dan dalam memajukan emansipasi, di mana para warga bisa memegang kendali atas masyarakat dan mengarahkannya sesuai dengan tujuan mereka sendiri. Dari masing-masing tujuan itu sifatnya politis dan harus bersaing dengan para pendukung sudut pandang lain. Bahwa semua memandang geografi sebagai pelayan bagi tujuan-tujuan politik tertentu, kendati ada di antaranya yang akan membantah hal ini dan mengatakan bahwa mereka memainkan peran ilmiah yang obyekti/netral serta berada dalam batas-batas yang dibuat masyarakat — di mana para ahli geografi termasuk salah satu bagiannya.