Sejarah Gadah Mada dan Asal-Usulnya

Diposting pada

Sejarah-Gadah-Mada

Sejarah Gadah Mada

Siapa yang tidak kenal dengan sosok Gajah Mada yang merupakan patih dari kerajaan Majapahit? Ya, hampir semua orang pasti mengenalnya karena sosok Gajah Mada memang sangat berjasa untuk negeri ini. Banyak yang penasaran mengenai sejarah Gajah Mada dan juga asal-usulnya. Nah, jika Anda termasuk salah satunya, berikut akan dipaparkan informasi selengkapnya untuk Anda. Pastikan Anda jangan beranjak dari informasi berikut ini.

Gajah Mada merupakan seorang Patih Amangkubumi yang berasal dari kerajaan Majapahit. Ia merupakan sosok yang terkenal dengan Sumpah Palapa yang merupakan usahanya untuk menyatukan Negara Kesatuan Republik Indonesia di bawah naungan kerajaan Majapahit. Orang tua dari Gajah Mada berasal dari Wilwatikta atau bisa disebut juga Majalangu. Patni Nariratih yang merupakan ibu dari Gajah Mada sering pulang pergi dari Wilwatikta guna mengantarkan makanan untuk suaminya yang berada di asrama yang terletak di Giri Madri. Letak antara Wilwatikta dan Giri Madri pun tidak jauh.

Di dalam babad Gajah Mada disebutkan bahwa sejarah Gajah Mada yang berkaitan dengan kelahirannya dibuktikan dengan adanya kalimat “On Cri Caka warsa jiwa mrtta yogi swaha”. Dipercaya kalimat tersebut merupakan candrasangkala yang memiliki arti sebagai berikut:

  • On Cri Cakawarsa memiliki arti Selamatkanlah Tahun Saka
  • Jiwa memiliki arti satu (1)
  • Mrrta memiliki arti dua (2)
  • Yogi memiliki arti dua (2)
  • Swaha memiliki arti satu (1)

Jadi jika digabungkan Selamat Tahun Saka 1221 atau sama dengan 1299 Masehi. Jika memang hal tersebut benar, berarti Gajah Mada lahir pada 1299 Masehi. Asal usul nama Gajah Mada berasal dari nama salah satu desa di kaki Gunung Semeru. Konon katanya, Gajah Mada dilahirkan di desa Maddha yang berada di kaki Gunung Semeru.

Pada saat itu, Gajah Mada diambil oleh seorang penguasa desa tersebut, lalu dibawa ke Wilwatikta oleh salah seorang patih dan kemudian diberilah nama Mada. Sampai saat ini ada beberapa desa yang letaknya berada di kaki Gunung Semeru yang diindikasikan sebagai Desa Maddha yaitu Wirotaman, Tamansatriyan, dan Kepatihan.

Untuk nama Gajah sendiri tidak dijelaskan di dalam babad Gajah Mada, namun kemungkinan besar nama tersebut merupakan julukan atau nama jabatan untuk sebutan orang yang kuat. Jadi, bisa disimpulkan bahwa Gajah Mada memiliki arti orang yang kuat dari desa Maddha. Mengenai kapan Gajah Mada wafat sudah dijelaskan di dalam kakawin Negarakertagama pupuh LXXI/1 yang menunjukkan bahwa Gajah Mada meninggal pada tahun 1286 atau 1364 Masehi. Jika memang pernyataan tersebut benar, berarti Gajah Mada meninggal di usianya yang menginjak 65 tahun.


Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Pengertian Sejarah : Sumber Beserta Ruang Lingkupnya


Asal-Usul Patih Gajah Mada

Gajah Mada (wafat k. 1364) adalah seorang panglima perang dan tokoh yang sangat berpengaruh pada zaman kerajaan Majapahit. Menurut berbagai sumber mitologi, kitab, dan prasasti dari zaman Jawa Kuno, ia memulai kariernya tahun 1313, dan semakin menanjak setelah peristiwa pemberontakan Ra Kuti pada masa pemerintahan Sri Jayanagara, yang mengangkatnya sebagai Patih.

Ia menjadi Mahapatih (Menteri Besar) pada masa Ratu Tribhuwanatunggadewi, dan kemudian sebagai Amangkubhumi (Perdana Menteri) yang mengantarkan Majapahit ke puncak kejayaannya.Gajah Mada terkenal dengan sumpahnya, yaitu Sumpah Palapa, yang tercatat di dalam Pararaton. Ia menyatakan tidak akan memakan palapa sebelum berhasil menyatukan Nusantara. Meskipun ia adalah salah satu tokoh sentral saat itu, sangat sedikit catatan-catatan sejarah yang ditemukan mengenai dirinya. Wajah sesungguhnya dari tokoh Gajah Mada, saat ini masih controversial.Pada masa sekarang, Indonesia telah menetapkan Gajah Mada sebagai salah satu Pahlawan Nasional dan merupakan simbol nasionalisme dan persatuan Nusantara.

Gajah Mada adalah seorang panglima perang dan tokoh yang sangat berpengaruh pada zaman kerajaan Majapahit. Menurut berbagai sumber mitologi, kitab, dan prasasti dari zaman Jawa Kuno, ia memulai kariernya tahun 1313, dan semakin menanjak setelah peristiwa pemberontakan Ra Kuti pada masa pemerintahan Sri Jayanagara, yang mengangkatnya sebagai Patih. Ia menjadi Mahapatih (Menteri Besar) pada masa Ratu Tribhuwanatunggadewi, dan kemudian sebagai Amangkubhumi (Perdana Menteri) yang mengantarkan Majapahit ke puncak kejayaannya [1]. Gajah Mada terkenal dengan sumpahnya yaitu Sumpah Palapa, yang tercatat di dalam Kitab Pararaton. Sumpah Gajah Mada adalah inspirasi dan ”bukti” bahwa bangsa ini dapat bersatu, meskipun meliputi wilayah yang luas dan budaya yang berbeda-beda.

Dengan demikian, Gajah Mada adalah inspirasi bagi revolusi nasional Indonesia dan rasa persatuan se-nusantara.Saat ini, Indonesia telah menetapkan Gajah Mada sebagai salah satu Pahlawan Nasional dan merupakan simbol nasionalisme dan persatuan Nusantara. Banyak peristiwa yang terjadi saat proses penyatuan nusantara yang dilakukan oleh Gajah Mada pada sumpahnya itu, akan tetapi sedikitnya catatancatatan sejarah yang ditemukan mengenai dirinya. Ini diperkuat oleh pernyataan Renny Masmada yang menurut penelitiannya menyatakan bahwa “kurangnya manuscript, catatan sejarah dan situs mengenai Gajah Mada menyebabkan begitu sedikitnya buku, analisis maupun hipotesis mengenai tokoh besar ini.Berdasarkan hasil kuesioner yang diberikan kepada siswa-siswi Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan kalangan umum secara online.Dari total 40 orang, 38 orang diantaranya menjawab tidak mengetahui siapa sosok Gajah Mada dan Sumpah Palapa.Sangat disayangkan sekali jika generasi muda tidak mengerti makna sumpah palapa atau bahkan melupakan sejarah tersebut, padahal banyak pesanpesan yang terkandung dalam kisah-kisah sejarah tersebut yang kadang terlupakan.

Untuk meningkatkan minat anak–anak terhadap riwayat Gajah mada yang secara umum pola berpikirnya lebih senang bermain diperlukan berbagai alternatif dan inovasi baru untuk bisa diterapkan sebagai alat untuk mempermudah penyampaian informasi sekaligus memberikan nuansa menyenangkan di dalamnya. Salah satu medianya bisa berupa game, game bisa dikatakan sebagai alat bantu dalam penyampaian suatu informasi, dimana game bisa diartikan sebagai bentuk dari multimedia interaktif untuk memberikan pengajaran yang dapat menambah pengetahuan kepada penggunanya melalui suatu media yang unik dan menarik.Khusus game bertemakan sejarah kerajaan Indonesia, memang sudah ada beberapa.

Salah satu contohnya game Majapahit War 2 akan tetapi game ini hanya membahas tentang kerajaan Majapahit tidak spesifik membahas sosok Gajah Mada didalamnya. Dari permasalahan tersebut, dibutuhkan sebuah media game sebagai alat penyampaian informasi sejarah dimana tema yang diangkat dalam game tersebut ialah mengenai sejarah Gajah Mada, sehingga selain memperkenalkan sejarah Gajah Mada dalam game tersebut juga terdapat informasi yang disajikan dengan cara yang interaktif yang disesuaikan dengan peristiwa yang terjadi pada saat itu. Diharapkan ilmu yang disampaikan dari gameini dapat diserap dengan baik oleh pengguna.


Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : ni Dia Sejarah 7 Manusia Harimau Yang Perlu Anda Ketahui


Sumpah Palapa Gajah Mada

Pada waktu pengangkatannya ia mengucapkan Sumpah Palapa, yakni ia baru akan menikmati palapa atau rempah-rempah yang diartikan kenikmatan duniawi jika telah berhasil menaklukkan Nusantara. Sebagaimana tercatat dalam kitab Pararaton berikut  : “ Sira Gajah Mada pepatih amungkubumi tan ayun amukti palapa, sira Gajah Mada: Lamun huwus kalah nusantara ingsun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seram, Tañjungpura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana ingsun amukti palapa ”

(Gajah Mada sang Maha Patih tak akan menikmati palapa, berkata Gajah Mada “Selama aku belum menyatukan Nusantara, aku takkan menikmati palapa. Sebelum aku menaklukkan Pulau Gurun, Pulau Seram, Tanjungpura, Pulau Haru, Pulau Pahang, Dompo, Pulau Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, aku takkan mencicipi palapa.)

Walaupun ada sejumlah (atau bahkan banyak) orang yang meragukan sumpahnya, Patih Gajah Mada memang hampir berhasil menaklukkan Nusantara. Bedahulu (Bali) dan Lombok (1343), Palembang, Swarnabhumi (Sriwijaya), Tamiang, Samudra Pasai, dan negeri-negeri lain di Swarnadwipa (Sumatra) telah ditaklukkan. Lalu Pulau Bintan, Tumasik (Singapura), Semenanjung Malaya, dan sejumlah negeri di Kalimantan seperti Kapuas, Katingan, Sampit, Kotalingga (Tanjunglingga), Kotawaringin, Sambas, Lawai, Kandangan, Landak, Samadang, Tirem, Sedu, Brunei, Kalka, Saludung, Solok, Pasir, Barito, Sawaku, Tabalung, Tanjungkutei, dan Malano.

Di zaman pemerintahan Prabu Hayam Wuruk (1350-1389) yang menggantikan Tribhuwanatunggadewi, Patih Gajah Mada terus mengembangkan penaklukan ke wilayah timur seperti Logajah, Gurun, Sukun, Taliwung, Sapi, Gunungapi, Seram, Hutankadali, Sasak, Bantayan, Luwuk, Makassar, Buton, Banggai, Kunir, Galiyan, Salayar, Sumba, Muar (Saparua), Solor, Bima, Wandan (Banda), Ambon, Wanin, Seran, Timor, dan Dompo.


Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Dibalik Konfilik Israel, Inilah Sejarah Israel Yang Perlu Anda Tahu


Perang Bubat Gajah Mada

Dalam Kidung Sunda[2] diceritakan bahwa Perang Bubat (1357) bermula saat Prabu Hayam Wuruk hendak menikahi Dyah Pitaloka putri Sunda sebagai permaisuri. Lamaran Prabu Hayam Wuruk diterima pihak Kerajaan Sunda, dan rombongan besar Kerajaan Sunda datang ke Majapahit untuk melangsungkan pernikahan agung itu. Gajah Mada yang menginginkan Sunda takluk, memaksa menginginkan Dyah Pitaloka sebagai persembahan pengakuan kekuasaan Majapahit. Akibat penolakan pihak Sunda mengenai hal ini, terjadilah pertempuran tidak seimbang antara pasukan Majapahit dan rombongan Sunda di Bubat; yang saat itu menjadi tempat penginapan rombongan Sunda. Dyah Pitaloka bunuh diri setelah ayahanda dan seluruh rombongannya gugur dalam pertempuran. Akibat peristiwa itu, Patih Gajah Mada dinonaktifkan dari jabatannya.

Dalam Nagarakretagama diceritakan hal yang sedikit berbeda. Dikatakan bahwa Hayam Wuruk sangat menghargai Gajah Mada sebagai Mahamantri Agung yang wira, bijaksana, serta setia berbakti kepada negara. Sang raja menganugerahkan dukuh “Madakaripura” yang berpemandangan indah di Tongas, Probolinggo, kepada Gajah Mada. Terdapat pendapat yang menyatakan bahwa pada 1359, Gajah Mada diangkat kembali sebagai patih; hanya saja ia memerintah dari Madakaripura.


Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Sejarah Hari Pendidikan Nasional Tanggal 2 Mei


Akhir Hidup Gajah Mada

Disebutkan dalam Negarakretagama bahwa sekembalinya Hayam Wuruk dari upacara keagamaan di Simping, ia menjumpai bahwa Gajah Mada telah gering (sakit). Gajah Mada disebutkan meninggal dunia pada tahun 1286 Saka atau 1364 Masehi. Hayam Wuruk kemudian memilih enam Mahamantri Agung, untuk selanjutnya membantunya dalam menyelenggarakan segala urusan negara.